Jumat, 30 Desember 2011

epistemologi pendidikan

BAB 1 EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN
A. Sumber Pengetahuan dan Impllikasinya Terhadap Pendefinisian Pendidikan
1. Antara Science dan To Know
Kata “pengetahuan” (dalam bahasa Inggris knowledge) adalah kata benda yang berasal dari kata kerja “tahu” (to know) yang juga semakna dengan “mengetahui”. Sementara kata “ilmu” berasal dari bahasa Arab “alima-ya’lamu-‘ilm” yang juga berarti “tahu” atau “mengetahui”. Secara etimologi kata pengetahuan bisa bermakna sama dengan ilmu. Sedangkan secara terminologi, ilmu merupakan pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang pengetahuan itu.
Term ilmu pengetahuan (dalam bahasa Inggris “science” yang kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi sains) sejajar dengan istilah Latin “scientia” yang diturunkan dari kata dasar “sciere”. Menurut Henry Van Laer terdapat hubungan objektif antara istilah science dan istilah to know. Alasan yang dikemukakan adalah bahwa semua sains mencangkup pengetahuan walaupun tidak setiap bentuk pengetahuan bisa dinyatakan sebagai sains. Kedua istilah tersebut sangat analog karena keduanya dipergunakan untuk menyatakan pengertian-pengertian yang sebagian sama dan sebagian lain berbeda.
To know merupakan merupakan aktivitas makhluk hidup dengan inderanya dimana mereka bisa menyaksikan dan juga menyajikan dunia eksternal ke dalam diri (internal) mereka sendiri. Menurut Laer, dalam diri manusia terdapat alat indera eksternal (penglihatan, pendengaran, perasa, penciuman, dan peraba) dan alat indera internal (indera sentral atau sensitivitas umum, imajinasi, indera memori, dan indera estimasi). Indera-indera eksternal berfungsi memasukkan informasi-informasi ke dalam diri, selanjutnya informasi-informasi tersebut diproses oleh indera-indera internal. Informasi-informasi yang telah diproses tersebut menjadi suatu pengetahuan. Setelah mengalami proses sistematisasi dan memenuhi berbagai persyaratan yang telah ditentukan, pengetahuan ini kemudian menjadi ilmu pengetahuan.
Dari penjelasan Laer tersebut maka model pengetahuan dibedakan menjadi dua, yaitu pengetahuan inderawi dan pengetahuan intelektual. Berbeda dengan Laer, Fazlur Rahman mendasarkan pada al-Qur’an mengklasifikasikan pengetahuan manusia ke dalam tiga jenis. Pertama, adalah pengetahuan tentang alam yang telah diciptakan untuk manusia, seperti pengetahuan fisik. Kedua, yaitu pengetahuan sejarah dimana al-Qur’an memotivasi manusia untuk mengadakan perjalanan di muka bumi dan menelaah apa yang telah terjadi pada peradaban masa lalu dan mengapa mereka bangkit kemudian jatuh. Ketiga, adalah pengetahuan tentang manusia itu sendiri.
Pengklasifikasian pengetahuan manurut Rahman tersebut terbukti benar jika dikaitkan dengan kenyataan sekarang. Tingkat kemajuan pengetahuan ditentukan oleh seberapa jauh kemajuan dari ketiga jenis pengetahuan tersebut. Suatu bangsa yang lebih dahulu dan lebih banyak memahami rahasia-rahasia ketiga jenis pengetahuan itu akan lebih maju. Hal ini disebabkan ketiga jenis pengetahuan itu menjadi dasar untuk pengembangan pengetahuan-pengetahuan yang lain. Kemajuan yang dicapai oleh Barat tidak lepas dari kemajuan di bidang ketiga pengetahuan tersebut.

2. Sumber Pengetahuan
Kata “sumber” di sini merupakan terjemahan dari kata Inggris source. Kata sumber bisa berarti tempat keluar dan juga asal. Yang dimaksud sumber di sini adalah asal pengetahuan yang diperoleh atau dikembangkan. Al-Kindi, seorang filosof muslim yang dilahirkan di Kuffah pada tahun 801 M menyebutkan bahwa ada tiga macam sumber pengetahuan bagi manusia, yaitu sumber pengetahuan inderawi, sumber pengetahuan rasional (yang diperoleh dengan jalan menggunakan akal), dan sumber pengetahuan melalui jalan isyraqi (iluminasi).
a. Sumber pengetahuan inderawi
Manusia mendapatkan pengetahuan secara langsung ketika mengamati (observasi) objek-objek material, kemudian dalam proses tanpa tenggang waktu dan tanpa berupaya berpindah ke imajinasi (musyawwiroh) diteruskan ke tempat penampungannya yang disebut hafidzah (recollection). Pengetahuan yang diperoleh dengan jalan ini tidak tetap karena objek yang diamatipun tidak tetap, selalu dalam keadaan “menjadi”, berubah setiap saat, bergerak, berkurang dan berlebih kuantitasnya, dan berubah-ubah pula kualitasnya.
Menurut Al-Kindi, pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman inderawi selalu berkarakter parsial (juz’iy). Pengetahuan tersebut amat dekat dengan penginderaannya, tetapi amat jauh dari pemberian gambaran tentang alam pada hakikatnya.
b. Sumber pengetahuan rasional (yang diperoleh dengan jalan menggunakan akal)
Pengetahuan tentang sesuatu yang diperoleh dengan jalan menggunakan akal bersifat universal, tidak parsial, dan bersifat immaterial. Objek pengetahuan rasional ini bukan individu, tetapi genus dan spesies. Orang yang mengamati manusia sebagai yang berbadan tegak dengan dua kaki, pendek, jangkung, berkulit putih, atau berwarna, pengamatan tersebut akan menghasilkan pengetahuan inderawi. Tetapi orang yang mengamati manusia dan menyelidiki hakikatnya sehingga pada kesimpulan bahwa manusia adalah makhluk berfikir (rational animal/hayawan nathiq) maka dia telah memperoleh pengetahuan rasional yang abstrak dan universal yang mencangkup semua individu manusia.
c. Sumber pengetahuan melalui jalan isyraqi (iluminasi).
Al-Kindi mengatakan bahwa pengetahuan inderawi saja tidak akan sampai pada pengetahuan yang hakiki tentang hakikat-hakikat. Pengetahuan rasional juga terbatas pada pengetahuan tentang genus dan spesies. Al-Kindi mengingatkan adanya jalan lain untuk memperoleh pengetahuan, yaitu memalui jalan isyraqi (iluminasi).
Isyraqi (iluminasi) yaitu pengetahuan yang langsung diperoleh dari pancaran nur illahi. Puncak dari jalan ini ialah diperoleh para Nabi untuk membawakan ajaran-ajaran yang berasal dari wahyu kepada umat manusia. Para Nabi memperoleh pengetahuan yang berasal dari wahyu Tuhan tanpa upaya, tanpa bersusah payah dan tanpa memerlukan waktu untuk memperolehnya. Pengetahuan mereka terjadi atas kehendak Tuhan semata-mata. Tuhan mensucikan jiwa mereka dan diterangkan-Nya pula jiwa mereka untuk memperoleh kebenaran dengan jalan wahyu. Pengetahuan dengan jalan wahyu ini merupakan kekhususan bagi para Nabi yang membedakannya dengan manusia-manusia lainnya.
Dari ketiga sumber pengetahuan menurut Al-Kindi tersebut dapat disimpulkan bahwa ada tiga sumber pengetahuan bagi umat muslim, yaitu al-Qur’an-Hadist, alat indera, dan akal. Dengan demikian pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman inderawi dan rasionalisasi seorang muslim hendaknya berangkat dan selaras dengan nilai-nilai moral dalam al-Qur’an dan Hadist. Menurut Fazlur Rahman, pengetahuan ilmiah tanpa dilandasi oleh moral akan sangat berbahaya. Pengetahuan ilmiah yang didasarkan pada observasi dengan “mata dan telinga” dan dianalisis dengan pikiran (rasionalisasi) hasilnya akan menghunjam ke hati dan membangkitkan persepsi manusia yang akan menstransformasikan ketrampilan ilmiah dan teknologinya sesuai dengan persepsi moral yang diharapkan akan lahir darinya. Tanpa persepsi moral tersebut, pengetahuan ilmiah dan teknologi dapat dipastikan akan sangat berbahaya.

3. Implikasi Sumber Pengetahuan Terhadap Pendefinisian Pendidikan
Keberagaman manusia sebagai subjek yang memandang pendidikan sebagai objeknya akan menghasilkan pendefinisian terhadap pendidikan secara beragam juga. Keberagaman definisi pendidikan tersebut tidak lepas dari sumber pengetahuan yang dipakainya. Manusia yang mendefinisikan pendidikan dengan bersumber pada pengetahuan inderawinya dan rasionalisasinya saja, maka akan menghasilkan definisi pendidikan yang cenderung materialis. Sedangkan manusia yang mendefinisikan pendidikan dengan pijakan al-Qur’an-Hadist, pengalaman inderawi, dan hasil rasionalisasinya, maka akan mendefinisikan pendidikan sesuai dengan nilai moral al-Qur’an dan Hadist yang humanis.
Pendefinisian pendidikan yang bersumber pada pengetahuan inderawi dan rasionalisasi banyak dilakukan oleh pakar pendidikan dari barat, seperti berikut ini :
- John Dewey
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.
- Langeveld
Mendidik adalah mempengaruhi anak dalam usaha membimbingnya supaya menjadi dewasa.
- Hoogeveld
Mendidik adalah membantu anak supaya anak kelak cakap menyelesaikan tugas hidupnya atas tanggungan sendiri.
- Rousseau
Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.
- Sis Heyster
Mendidik adalah membantu manusia dalam pertumbuhan, agar mereka kelak mendapatkan kebahagiaan batin yang sedalam-dalamnya yang dapat tercapai olehnya dengan tidak mengganggu orang lain.
Dari definisi-definisi tersebut nampak bahwa eksistensi manusia di dunia sajalah yang disorotinya, yaitu bagaimana agar manusia bisa survive di dunia. Tapi tentu saja definisi-definisi tersebut tidaklah salah, namun kita juga harus kritis terhadapnya. Pertanyaannya adalah, sesuaikah definisi-definisi tersebut dengan social-culture kita?
Kata “pendidikan” berasal dari kata “didik” dan “mendidik”. Secara etimologi “mendidik” berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlaq dan kecerdasan pikiran. Sedangkan “pendidikan” secara etimologi adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang melalui cara perbuatan mendidik.
Pendidikan dalam bahasa Arab biasa disebut dengan istilah tarbiyah yang berasal dari kata kerja rabba. Kata rabba beserta cabangnya banyak dijumpai dalam al-Qur’an, misalnya dalam QS. Al-Isra : 24 dan QS. Asy-Syu’ara : 18. Tarbiyah merupakan derivasi dari kata rabb seperti dinyatakan dalam QS. Al-Fatihah : 2. Allah sebagai Tuhan semeste alam (rubb al-“alamin), yaitu Tuhan yang mengatur dan mendidik seluruh alam. Allah memberikan informasi tentang arti penting perencanaan, penertiban, dan peningkatan kualitas alam. Manusia diharapkan selalu memuji kepada rabb yang mendidik alam semesta, karenanya manusia juga harus terdidik agar memiliki kemampuan untuk memahami alam yang telah dididik oleh Allah sekaligus mampu mendekatkan diri kepada Allah sang Pendidik Sejati. Sebagai makhluk Tuhan, manusia idealnya melakukan internalisasi secara kontinu (istiqomah) terhadap nilai-nilai illahiyah agar mencapai derajat insan kamil (manusia paripurna) sesuai dengan kehendak Allah SWT. Internalisasi tersebut dilakukan melalui pendidikan dimana pendidikan dalam konteks ini terkait dengan gerak dinamis, positif dan kontinu bagi setiap individu menuju idealitas kehidupan manusia agar mendapat nilai terpuji. Aktivitas pendidikan tersebut meliputi pengembangan kecerdasan pikir (rasio, kognitif), dzikir (afektif, emosi, hati, spiritual), dan keterampilan fisik (psikomotorik).
Definisi pendidikan minimal memuat tiga unsur yang mendukung pelaksanaan keberagamaan seseorang dalam wilayah habblumminallah dan habblumminannas yaitu (1) pendidikan merupakan usaha berupa bimbingan bagi pengembangan potensi jasmaniah dan rohaniah secara seimbang, (2) usaha tersebut didasarkan atas ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur’an, Hadist, dan ijtihad, dan (3) usaha tersebut diarahkan supaya membentuk dan mencapai kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang di dalamnya tertanam nilai-nilai Islam sehingga segala perilakunya sesuai dengan nilai-nilai Islam.

B. Pendidikan sebagai Ilmu Pengetahuan
Secara bahasa kata ilmu berasal dari bahasa Arab, yaitu “alima-ya’lamu-‘ilm”. Kata ilmu mulai digunakan dengan pengertian pengetahuan yang diperoleh melalui proses belajar. Menurut Fazlur Rahman, arti dari pengetahuan itu sendiri adalah proses untuk sampai dalam keadaaan tahu. Pengetahuan itu bukan merupakan suatu cermin kenyataan pasif melainkan suatu proses yang berkelanjutan. Oleh karena itu menurut Fazlur Rahman, pengetahuan dapat diperoleh melalui proses learning, thinking atau experiencing.
Dalam perkembangannya, kata ilmu tersebut biasanya digabung dengan kata pengetahuan sehingga menjadi ilmu pengetahuan. Pendidikan sebagai ilmu pengetahuan mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Diperoleh melalui observasi dan eksperimen.
2. Selalu berkembang dan dinamis.
3. Merupakan kesatuan organik
Isi dari ilmu adalah teori sehingga ilmu pendidikan merupakan suatu kajian yang memuat teori-teori pendidikan serta data-data dan penjelasannya. Dalam menyusun teori-teori pendidikan, selain menggunakan kaidah-kaidah ilmu pendidikan yang telah ada, juga menggunakan pendekatan filosofis, logis, dan empiris sehingga konsep tersebut benar-benar idealis, realistik, dan praktis sesuai dengan karakteristik pendidikan sebagai ilmu pengetahuan. Teori-teori pendidikan tersebut tentu saja bersumber dari al-Qur’an-Hadist, pengalaman inderawi (melalui obervasi) dan rasionalisasi (melalui observasi dan eksperimen) yang harus dapat dipertanggungjawabkan secara akademik dan juga dapat dipraktekkan secara operasional dalam dunia pendidikan.

C. Tujuan Pendidikan
Pendidikan sebagai sebuah proses tentunya mempunyai tujuan, dimana tujuan merupakan suatu arah yang ingin dicapai. Tujuan pendidikan ditentukan oleh dasar pendidikanya sebagai suatu landasan filosofis yang bersifat fundamental dalam pelaksanan pendidikan. Dalam hal ini masing-masing negara menentukan sendiri tujuan pendidikannya. Demikian pula masing-masing orang mempunyai bermacam-macam tujuan pendidikan, yaitu melihat kepada cita-cita, kebutuhan, dan keinginannya.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, dasar pendidikan nasioanal adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Sedangkan tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan nasional tersebut merupakan pengejawantahan dari dasar pendidikan nasional.
Dalam perspektif Islam, dasar dan tujuan pendidikan nasional di atas secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan kepribadian individu yang paripurna (kaffah). Pribadi invividu yang demikian merupakan pribadi yang menggambarkan terwujudnya keseluruhan esensi manusia secara kodrati, yaitu sebagai makhluk individu, makhluk sosial, makhluk bermoral, dan makhluk yang ber-Tuhan. Citra pribadi yang seperti itu sering disebut sebagai manusia paripurna (insan kamil) atau pribadi yang utuh, sempurna, seimbang, dan selaras.
Manusia yang sempurna berarti manusia yang memahami tentang Tuhan, diri, dan lingkungannya. Jadi, pendidikan akan mencapai tujuannya jika nilai-nilai humanis tersebut masuk dalam diri peserta didiknya. Peserta didik akan mempunyai motivasi yang kuat untuk belajar agar bermanfaat bagi sesama. Peserta didik yang belajar secara continue akan memiliki pikiran yang cerdas-kreatif, hati yang bersih, tingkat spiritual yang tinggi, dan kekuatan serta kesehatan fisik yang prima. Semua keunggulan tersebut digunakan untuk diabdikan kepada Tuhan dan untuk memberikan kemaslahatan individual dan sosial yang optimal dalam konteks kenegaraan.

D. Prinsip-prinsip Pendidikan
Dalam menentukan tujuan pendidikan sesungguhnya tidak terlepas dari prinsip-prinsip pendidikan. Dalam hal ini apling tidak ada lima prinsip dalam pendidikan yang bersumber dari nilai-nilai al-Qur’an dan Hadist, antara lain :
1. Prinsip integrasi (tauhid)
Prinsip ini memandang adanya wujud kesatuan antara dunia dan akherat. Untuk itu pendidikan akan meletakkan porsi yang seimbang untuk mencapai kebahagiaan di dunia sekaligus di akherat (i’malu lid dunyaka ka annaka ta’isyu abadan, wa i’malu lil akhiratika ka’annaka tamuutu ghadan).
2. Prinsip keseimbangan
Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip intergrasi. Keseimbangan yang proporsional antara muatan rohaniah dan jasmaniah, antara ilmu murni dan ilmu terapan, antara teori dan praktek, dan antara nilai-nilai yang menyangkut aqidah, syari’ah, dan akhlak.
3. Prinsip persamaan dan pembebasan
Prinsip ini dikembangkan dari nilai tauhid, bahwa Tuhan adalah Esa. Oleh karena itu, setiap individu dan bahkan semua makhluk hidup diciptakan oleh pencipta yang sama (Tuhan). Perbedaan hanyalah unsur untuk memperkuat persatuan. Pendidikan adalah satu upaya untuk membebaskan manusia dari belenggu nafsu dunia menuju pada nilai tauhid yang bersih dan mulia. Manusia dengan pendidikannya diharapkan bisa terbebas dari belenggu kebodohan, kemiskinan, kejumudan, dan nafsu hayawaniah-nya sendiri.
4. Prinsip kontinuitas dan berkelanjutan (istiqomah)
Dari prinsip inilah kemudian dikenal konsep pendidikan seumur hidup (long life education). Belajar dalam Islam adalah satu kewajiban yang tidak pernah dan tidak boleh berakhir. Seruan membaca (iqra) yang ada dalam al-Qur’an merupakan perintah yang tidak mengenal batas waktu. Dengan menuntu ilmu secara continue dan terus menerus, diharapkan akan muncul kesadaran pada diri manusia akan diri dan lingkungannya, dan juga kesadaran akan Tuhannya.
5. Prinsip kemaslahatan dan keutamaan
Jika ruh tauhid telah berkembang dalam sistem moral dan akhlak seseorang dengan kebersihan hati dan kepercayaan yang jauh dari kotoran maka ia akan memiliki daya juanguntuk membela hal-hal yang maslahat atau berguna bagi kehidupan. Sebab, nilai tauhid hanya bisa dirasakan apabila ia telah dimanifestasikan dalam gerak langkah manusia untuk kemaslahatan dan keutamaan manusia sendiri.

E. Urgensi Pendidikan dan Ilmu Pendidikan
Secara terminologis, pendidikan merupakan proses perbaikan, penguatan, dan penyempurnaan terhadap semua kemampuan dan potensi manusia. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu ikhtiar manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dan kebudayaan yang ada dalam masyarakat. Dalam masyarakat yang peradabannya sangat sederhana sekalipun telah ada proses pendidikan. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika sering dikatakan bahwa pendidikan telah ada semenjak munculnya peradaban umat manusia. Sebab semenjak awal manusia diciptakan, upaya membangun peradaban selalu dilakukan. Manusia mencita-citakan kehidupan yang bahagia dan sejahtera. Melalui proses pendidikan yang benar dan baik maka diyakini cita-cita ini akan terwujud dalam realitas kehidupan manusia.
Pendidikan secara historis-operasional telah dilaksanakan sejak adanya manusia pertama di muka bumi ini, yaitu sejak Nabi Adam a.s yang dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa proses pendidikan itu terjadi pada saat Adam berdialog dengan Tuhan. Dialog tersebut muncul karena ada motivasi dalam diri Adam untuk menggapai kehidupan yang sejahtera dan bahagia. Dialog tersebut didasarkan pada motivasi individu yang ingin selalu berkembang sesuai dengan kondisi dan konteks lingkungannya. Dialog merupakan bagian dari proses pendidikan dan ia membutuhkan lingkungan yang kondusif dan strategi yang memungkinkan peserta didik bebas berapresiasi dan tidak takut salah, tetapi tetap beradab dan mengedepankan etika.
Pendidikan diperlukan, dipentingkan dan dilakukan pertama kali oleh anggota keluarga, terutama oleh orang tua terhadap anak-anak mereka. Dengan mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi, yaitu keterbatasan waktu, ilmu, dan juga fasilitas yang dimiliki oleh orang tua akhirnya didirikanlah lembaga pendidikan sebagai alternatif-solusi keterbatasan tersebut, seperti TK/RA, SD/MI, SMP/MTS, SMA/SMK/MA/MAK dan sebagainya. Hendaknya lembaga pendidikan didesain dengan pertimbangan edukatif yang humanis agar proses pendidikan berlangsung dengan mudah, murah, dan sukses sesuai dengan visi, misi, dan tujuan lembaga pendidikan yang telah disepakati dan ditetapkan bersama antara lembaga pendidikan dengan keluarga. Dalam konteks kenegaraan, kontrak sosial-pendidikan tersebut menjadi keputusan nasional yang dirumuskan menjadi tujuan pendidikan nasional.
Betapa urgennyapendidikan bagi individu, keluarga, masyarakat dan bangsa. Begitu urgennya pendidikan untuk pembangunan bangsa sehingga pemerintah berusaha keras untuk :
1. Meningkatkan usaha pemerataan pendidikan
2. Meningkatkan mutu pendidikan, seperti peningkatan profesional guru, akreditasi sekolah, serta pengadaan berbagai fasilitas-fasilitas pendidikan.
3. Meningkatkan relevansi pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat dan kebutuhan akan pelaksanaan pembangunan yang sedang dilaksanakan.
4. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan pendidikan di semua jenjang lembaga pendidikan.
Melalui proses pendidikan yang benar dan baik maka tujuan pendidikan nasional akan tercapai. Pendidikan sebagai wahana transformasi nilai dan ilmu pengetahuan merupakan proses yang dilakukan berdasarkan suatu keyakinan tertentu, yaitu suatu paradigma atau pemikiran yang bersifat filosofis, idealis, teoritis dan praktis. Oleh karena itu orang tua sebagai pendidik dan khususnya guru sebagai pendidik harus mempelajari, memahami, dan mengembangkan ilmu pendidikan agar mampu melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dengan maksimal. Urgensi mempelajari ilmu pendidikan bagi pendidik antara lain :
1. Memudahkan praktek pendidikan.
Dengan bekal ilmu pendidikan, kegiatan pendidikan dapat di-planning secara sistematis dan teratur sehingga praktek pendidikan dapat teratur dan dilaksanakan secara continue menuju ke tujuan yang telah ditetapkan.
2. Dapat menumbuhkembangkan rasa cinta pada diri pendidik terhadap tugasnya sebagai pendidik dan rasa cinta terhadap peserta didik.
Bagi Erich Fromm, persoalan cinta terkait dengan dua hal, yaitu bagaimana seseorang dapat sukses untuk dicintai dan bagaimana ia dapat mencintai orang yang dicintainya itu. Mendidik dengan cinta akan membuat peserta didik dapat merasakan makna cinta dalam hidup. Cinta membuat manusia kreatif dan produktif. Seorang pendidik seyogyanya mencintai pekerjaannya dan mencintai anak didiknya karena cinta merupakan wujud kesatuan interpersonal dan jawaban lengkap terhadap problematika humanisme. Menurut Muhammad Roqib, cinta mempunyai nilai spirit sebagai berikut :
a. Cinta adalah suatu kegiatan (activity), artinya cinta merupakan aktivitas yang berarti suatu tindakan yang membawa perubahan atas situasi tertentu, lewat jalan pengerahan energi.
b. Cinta selalu memuat elemen dasar perhatian, tanggung jawab, penghargaan, dan pemahaman.
c. Cinta itu memberi, bukan menerima. Bagi oarng yang berkarakter produktif, memberi merupakan ungkapan yang paling tinggi dari kemampuan. Dalam memberi ada penghayatan akan kekuatan, kekayaan dan kekuasaan. Memberi menjadikan individu lebih bermanfaat dan akan menimbulkan rasa syukur sehingga individu tersebut mampu menjadi manusia yang baik (khoirunnas anfauhum lin nas).
d. Cinta adalah suatu kekuatan yang membangkitkan semangat serta memajukan orang laindan menjadikan diri menjadi pribadi yang dicintai.
Mendidik dengan cinta membuat pendidik dan peserta didik selalu dalam keadaan senang dan dinamis dan proses pendidikan pun akan berjalan penuh makna (meaningfull). Eksistensi dinamis tersebut hendaknya diarahkan oleh pendidik untuk mendorong kreativitasnya dan kreativitas peserta didiknya. Pembangunan karakter (character building) dengan cinta akan mampu bergerak continue tanpa mengenal batas dan kelelahan, bagaikan air jernih yang terus mengalir menghidupkan tanaman dan menyejahterakan manusia.
3. Dapat menghindari kesukaran-kesukaran dan kesalahan-kesalahan dalam melaksanakan praktek pendidikan.
Ilmu pendidikan berisi merupakan suatu kajian yang memuat teori-teori pendidikan serta data-data dan penjelasannya. Teori-teori serta data-data dan penjelasanya tersebut dapat menghindari pendidik dari kesulitan dan kesalahan dalam melaksanakan praktek pendidikan. Beberapa contoh kesalahan yang mungkin dibuat dalam mendidik antara lain :
a. Pola pembelajaran yang terlalu memusatkan transformasi nilai dan pengetahuan pada guru (teacher centered) sehingga membuat kreativitas peserta didik terbatasi.
b. Menyamaratakan potensi tiap individu sehingga hasil dari konsep belajar tuntas (mastery learning) kurang maksimal.
c. Penyusunan materi yang cognitif oriented.
4. Untuk pengembangan ilmu pendidikan itu sendiri.
Ilmu pendidikan sebagai product dari ilmu pengetahuan mempunyai karakter yang selalu berkembang dan dinamis dan mempunyai korelasi dengan keilmuan yang lainnya. Agar ilmu pendidikan dapat merespon perkembangan zaman dan relevan dengan konteks kekinian maka ilmu pendidikan tersebut perlu dikembangkan. Pengembangan tersebut hanya mungkin dilakukan jika kita telah mempelajari ilmu pendidikan. Menurut Fazlur rahman, hal tersebut dikarenakan pengembangan pengetahuan tidak pernah berangkat dari ruang hampa (kosong), tetapi selalu didasarkan pada pengetahuan yang telah ada.
Selanjutnya menurut Fazlur Rahman, pengembangan pengetahuan tidak pernah mengenal akhir. Berakhirnya pengembangan pengetahuan sama dengan matinya ilmu pengetahuan. Sedangkan jika ilmu pengetahuan mati, maka akan berakibat mati atau mundurnya peradaban.
Terdapat hubungan yang sangat signifikan antara kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban. Jika ilmu pengetahuan maju, maka peradabanpun akan maju, dan sebaliknya. Contohnya ketika ilmu pengetahuan (terutama pemikiran filsafat) mengalami kemajuan di Yunani, peradaban di Yunani juga mengalami kemajuan. Ketika ilmu pengetahuan umat Islam mengalami kemajuan pada abad 8-12 M, peradaban mereka juga mengalami kemajuan. Sebaliknya, ketika ilmu pengetahuan umat Islam sejak abad ke 14 sampai sekarang mengalami kemunduran, peradaban umat Islam juga mengalami kemunduran. Sekarang ilmu pengetahuan mengalami kemajuan di Barat, peradaban di sana juga mengalami kemajuan.
Dengan dasar pemahaman bahwa pengetahuan itu selalu berkembang, Nabi Muhammad saw sendiri diajari oleh Allah melalui al-Qur’an untuk berdoa “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan” (QS. Thaahaa : 114). Nabi Muhammad saw yang menurut keyakinan umat Islam adalah orang yang paling tinggi ilmunya saja masih diperintahkan untuk memohon agar ditambahkan ilmu pengetahuan, apalagi umatnya. Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat Islam merupakan kitab yang shahih li kulli makan wa zaman, yang apabila kita selalu mengkajinya pengetahuan bisa kita dapatkan dan kembangkan dari al-Qur’an.

Kamis, 14 Juli 2011

hukum UNDIAN BERHADIAH & undian haji

1. UNDIAN BERHADIAH & PERLOMBAAN BERHADIAH
Undian berhadiah seperti sumbangan sosial berhadiah (SSB) yang diselenggarakan oleh departemen sosial RI&kupon berhadiah Porkas sepakbola yang diselenggarakan oleh yayasan Dana Bhakti Kesejahteraan Sosial (YDBKS) merupakan suatu masalah yang masih jadi kontroversi.
Memang untuk mencari dana dengan cara menyelenggarakan undian/kupon hadiah merupakan cara yang efektif, karena dapat menarik masyarakat berlomba-lomba membelinya dengan harapan akan memperoleh hadiah dan atau dengan niat membantu proyek tersebut.Demikian pula dalam perdagangan.banyak jual bel barang dengan sistem kupon berhadiah untuk kepentingan promosi barang dagangannya. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengadakan pengawasan&penertiban terhadap penyelenggara hadiah&kupon berhadiah agar tidak terjadi hal-hal yang merugikan masyarakat&negara, misalnya pihak penyelenggara tidak menepeti janji atau menggunakan dana yang terkumpul menyimpang dari program yang telah ditetapkan.
Aturan pemerintah mengenai penyelenggaraan undian & penertiban perjudian yaitu diatur dalam UU.No38 tahun 1947 tentang undian uang negara, UU No 22 tahun 1954 tentang undian, dan UU No7 tahun 1974 tentang penertiban perjudian.
Sebagian besar ulama di Indonesia mengharamkan segala macam taruhan dan perjudian seperti Nasional Lotre & NALO dan Lotre Totalisator (Lotto) .


Konsiderannya sebagai berikut :
1. Lotto & Nalo pada hakikatnya dan sifatnya sama dengan taruhan dan perjudian dengan unsur-unsur
• Pihak yang menerima hadiah sebagai pemenang
• Pihak yang tidak mendapat hadiah sebagai yang kalah
2. Oleh karena Lotto&Nalo adalah salah satu jenis dari taruhan dan perjudian,maka berlaku nash-sharih dalam al-Quran surat al Baqarah ayat 219
           ••     .....
Artinya ”Mereka bertanya kepadamu tentang khamar&judi katakanlah Pada keduanya itu terdapat dosa besar&beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya....”
Dan dalam surat Al-Maidah ayat 90-91 yang artinya “Hai Orang-orang yang beriman sesungguhnya (meminum ) khamar, berjudi (berkorban untuk)berhala,mengundi nasib dengan panah,adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan, sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkanpermusuhan & kebencian diantara kamu/antara (meminum) khamar&berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingati Allah dan sembahyang, maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaanmu).
3. Muktamar mengakui bahwa hasil Lotto&Nalo yang diambil oleh pihak penyelenggara mengandung manfaat bagi masyarakat sepanjang bagian hasil itu benar-benar dipergunakan.
4. Bahwa Madharat & akibat jelek yang ditimbulkan oleh tersebar luasnya taruhan & perjudian dalam masyarakat,jauh lebih besar daripadsa manfaat yang diperoleh dari penggunaan hasilnya.Lotto& Nalo termasuk yang diharamkan karena mengandung madarat&manfaat rugi-untung dan kalah-menang. Tapi madaratnya lebih besar daripada manfaatnya sebagaimana dalam surat al Madiah 90-91.
Seratus ulama Jawa barat dalam forum silaturahmi ulama & cendekiawan Jabar pada akhir april 1986 dengan tegas menyatakan Porkas sebagai judi dan haram.Demikian pula beberapa Majlis Ulama Indonesia Daerah & beberapa pemerintah daerah menyampaikan keberatan, kritik, dan keprihatinannya terhadap akibat-akibat negatif yang timbul karena Porkas.
Menurut HS Muchlis ada 2 unsur yang merupakan syarat formal untuk dinamakan judi :
 Harus ada 2 pihak yang masing-masing terdiri dari satu orang atau lebih yang bertaruh.
 Menang atau kalah dikaitkan dengan kesudahan sesuatu peristiwa yang berada diluar kekuasaan, pengetahuan terlebih dahuku yang bertaruh.
H.S Muchlis menyetujui undian berhadiah dipergunakan untuk mengumpulkan dana guna membantu lembaga-lembaga sosial dan agama Islam, bahkan bisa juga untuk kepentingan negara misalnya penarikan pajak berhadiah, dengan syarat clean and open management(bersih dan terbuka pengelolaannya). Mengenai uang hadiah yang diperoleh dari hasil lomba tersebut diperbolehkan oleh agama, jika dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
1. Jika uang/hadiah lomba itu disediakan oleh pemerintah atau sponsor non pemerintah untuk para pemenang.
2. Jika uang/hadiah lomba itu merupakan janji salah satu dari dua orang yang berlomba kepada lawannya jika ia dapat dikalahkan oleh lawannya itu.
3. Jika uang/hadiah lomba disediakan oleh para pelaku lomba & mereka disertai muhdil,yaitu orang yang berfungsi menghalalkan perjanjian lomba dengan uang sebagai pihak ketiga,yang akan mengambil uang hadiah itu, jika jagonya menang, tetapi ia tidak harus membayar jika jagonya kalah.
Abdurahman Isa juga mengatakan bahwa menyelenggarakan uang berhadiah yang dikaitkan dengan balapan kuda dan sebagainya itu dilarang agama, meskipun dilakukan oleh lembaga sosial unttuk menghimpun dana gna membantu proyek-proyek sosial keagamaan dan kesejahteraan sosial, karena taruhan balapan kuda itu haram, maka undian berhadiah yang dikaitkan dengan yang haram itu turut menjadi haram.
Dalam menguraikan tentang hukum undian diharuskan untuk kembali mengingat beberapa kaidah syari’at Islam yang telah dijelaskan dalam tulisan bagian pertama dalam pembahasan ini. Kaidah-kaidah tersebut adalah sebagai berikut:
1) Kaidah yang tersebut dalam riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu: " Rasululloh Shalallahu "alaihi wa sallam melarang dari jual beli (dengan cara) gharor." Gharor adalah apa yang belum diketahui diperoleh tidaknya atau apa yang tidak diketahui hakekat dan kadarnya.
2) Kaidah syari’at yang terkandung dalam firman Allah Ta’ala:
                                     
“Hai Orang-orang yang beriman sesungguhnya (meminum ) khamar, berjudi (berkorban untuk)berhala,mengundi nasib dengan panah,adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan, sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkanpermusuhan & kebencian diantara kamu/antara (meminum) khamar&berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingati Allah dan sembahyang, maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaanmu).
Dan dalam hadits Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu riwayat Al Bukhori dan Muslim, Nabi Shalallahu "alaihi wa sallam bersabda: " Siapa yang berkata kepada temannya: Kemarilah saya berqimar denganmu, maka hendaknya dia bershodaqoh." Yaitu hendaknya dia membayar kaffaroh (denda ) menebus dosa ucapannya. (Baca Syarah Muslim 11/107, Fathul Bari 8/612, Nailul Author 8/258 dan Aunul Ma’bud 9/54).
Ayat dan hadits di atas menunjukkan haramnya perbuatan maisir dan qimar dalam mu’amalat. Maisir adalah setiap mu’amalah yang orang masuk ke dalamnnya setelah mengeluarkan biaya dengan dua kemungkinan; dia mungkin rugi atau mungkin dia beruntung .
Qimar menurut sebagian ulama adalah sama dengan maisir, dan menurut sebagian ulama lain qimar hanya pada mu’amalat yang berbentuk perlombaan atau pertaruhan .
Berdasarkan dua kaidah di atas, berikut ini kami akan berusaha menguraikan bentuk-bentuk undian secara garis besar beserta hukumnya.
2. Macam-Macam Undian
Undian dapat dibagi menjadi tiga bagian :
1) Undian Tanpa Syarat
Bentuk dan contohnya : Di pusat-pusat perbelanjaan, pasar, pameran dan semisalnya sebagai langkah untuk menarik pengunjung, kadang dibagikan kupon undian untuk setiap pengunjung tanpa harus membeli suatu barang. Kemudian setelah itu dilakukan penarikan undian yang dapat disaksikan oleh seluruh pengunjung.
Hukumnya : Bentuk undian yang seperti ini adalah boleh. Karena asal dalam suatu mu’amalah adalah boleh dan halal. Juga tidak terlihat dalam bentuk undian ini hal-hal yang terlarang berupa kezhaliman, riba, gharar,penipuan dan selainnya.
2) Undian Dengan Syarat Membeli Barang
Bentuknya : Undian yang tidak bisa diikuti kecuali oleh orang membeli barang yang telah ditentukan oleh penyelenggara undian tersebut.
Contohnya : Pada sebagian supermarket telah diletakkan berbagai hadiah seperti kulkas, radio dan lain-lainnya. Siapa yang membeli barang tertentu atau telah mencapai jumlah tertentu dalam pembelian maka ia akan mendapatkan kupon untuk ikut undian.
Contoh lain : sebagian pereusahaan telah menyiapkan hadiah-hadiah yang menarik seperti Mobil, HP, Tiket, Biaya Ibadah Haji dan selainnya bagi siapa yang membeli darinya suatu produk yang terdapat kupon/kartu undian. Kemudian kupon atau kartu undian itu dimasukkan kedalam kotak-kotak yang telah disiapkan oleh perusahaan tersebut di berbagai cabang atau relasinya.
Hukumnya : undian jenis ini tidak lepas dua dari dua keadaan :
- Harga produk bertambah dengan terselenggaranya undian berhadiah tersebut.
Hukumnya : Haram dan tidak boleh. Karena ada tambahan harga berarti ia telah mengeluarkan biaya untuk masuk kedalam suatu mu’amalat yang mungkin ia untung dan mungkin ia rugi. Dan ini adalah maisir yang diharomkan dalam syariat Islam.
- Undian berhadiah tersebut tidak mempengaruhi harga produk. Perusahaan mengadakan undian hanya sekedar melariskan produknya.
Hukumnya : Ada dua pendapat dalam masalah ini :
1. Hukumnya harus dirinci. Kalau ia membeli barang dengan maksud untuk ikut undian maka ia tergolong kedalam maisir/qimar yang diharamkan dalam syariat karena pembelian barang tersebut adalah sengaja mengeluarkan biaya untuk bisa ikut dalam undian. Sedang ikut dalam undian tersebut ada dua kemungkinan; mungkin ia beruntung dan mungkin ia rugi. Maka inilah yang disebut Maisir/Qimar.
Adapun kalau dasar maksudnya adalah butuh kepada barang/produk tersebut setelah itu ia mendapatkan kupon untuk ikut undian maka ini tidak terlarang karena asal dalam muámalat adalah boleh dan halal dan tidak bentuk Maisir maupuun Qimar dalam bentuk ini.
Rincian ini adalah pendapat Syaikh Ibnu ‘Utsaimin (Liqoul Babul Maftuh no.48 soal 1164 dan no.49 soal 1185. Dengan perantara kitab Al-Hawafidz At-Tijaiyah At-Taswiqiyah), Syaikh Sholih bin ‘Abdul ’Aziz Alu Asy-Syaikh (dalam muhadhoroh beliau yang berjudul "Al Qimar wa Shuwarihil Muharromah), Lajnah Baitut Tamwil Al-Kuwaiti(Al Fatawa Asyar’iyyah Fi Masail Al Iqtishodiyah, fatwa no.228. Dengan perantara kitab Al-Hawafidz At-Tijaiyah At-Taswiqiyah), dan Haiah Fatwa di Bank Dubai Al-Islamy(dalam fatwa mereka no.102 Dengan perantara kitab Al-Hawafidz At-Tijaiyah At-Taswiqiyah).
1. Hukumnya adalah haram secara mutlak. Ini adalah pendapat Syaikh Abdul
’Äziz bin Baz (Fatawa Islamiyah 2/367-368. Dengan perantara kitab Al-Hawafidz At-Tijaiyah At-Taswiqiyah),dan Al-Lajnah Ad-Da’imah(Fatawa Islamiyah 2/366-367. Dengan perantara kitab Al-Hawafidz At-Tijaiyah At-Taswiqiyah), Alasannya karena hal tersebut tidak lepas dari bentuk Qimar/Maisir dan mengukur maksud pembeli, apakah ia memaksudkan barang atau sekedar ingin ikut undian adalah perkara yang sulit.
Tarjih yang kuat dalam masalah ini adalah pendapat pertama. Karena tidak hanya adanya tambahan harga pada barang dan dasar maksud pembeli adalah membutuhkan barang tersebut maka ini adalah mu’amalat yang bersih dari Maisitr/Qimar dan ukuran yang menggugurkan alasan pendapat kedua. Dan asal dalam mu’amalat adalah boleh dan halal.
3) Undian dengan mengeluarkan biaya.
Bentuknya: Undian yang bisa diikuti setiap orang yang membayar biaya untuk ikut undian tersebut atau mengeluarkan biaya untuk bisa mengikuti undian tersebut dengan mengeluarkan biaya.
Contohnya: Mengirim kupon/kartu undian ketempat pengundian dengan menggunakan perangko pos. Tentunya mengirim dengan perangko mengeluarkan biaya sesuai dengan harga perangkonya. Contoh Lain: Ikut undian dengan mengirim SMS kelayanan telekomunikasi tertentu baik dengan harga wajar maupun dengan harga yang telah ditentukan. Contoh lain: Pada sebagian tutup minuman tertera nomor yang bisa dikirim ke layanan tertentu dengan menggunakan SMS kemudian diundi untuk mendapatkan hadiah yang telah ditentukan. Apakah biaya SMS-nya dengan harga biasa maupun tertentu (dikenal dengan pulsa premium).
Hukumnya: Haram dan tidak boleh. Karena mengeluarkan biaya untuk suatu yang mu’amalat yang belum jelas beruntung tidaknya, maka itu termasuk Qimar/Maisir.
3. Haji dengan hasil undian
Untuk menetukan status hukum pelaksanaan ibadah haji dengan biaya hasil undian, harus ditantukan terlebih dahulu terminologi undian tersebut seperti apa yang telah djelaskan diatas.
Menggunakan hasil undian yang termasuk dalam kategori hukum haram sebagaimana yang telah dijelaskan dalam kategori yang pertama untuk pelaksanaan ibadah haji adalah terlarang. Seandainya, orang tersebut tetap melaksanakan haji dengan hasil biaya unsian itu, maka hajinya tidak diterima Allah. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi SAW:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قاَلَ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ الله عَليَْه ِوَسَلمَّ : أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ الله طَيِّبٌ لاَيَقْبَل إلاَّ طَيِّبًا (رواه مسلم)
Artinya :
Dari abu hurairah barkata: rasulullah Saw bersabda : wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu baik (bersih), tidak akan menerima amal kecuali yang baik. (H.R. Muslim)
Hadis ini dijadikan alasan seseorang yang terkait dengan harta selama harta itu diperoleh dengan cara yang baik atau halal. Tegasnya, harta yang diperoleh dengan cara yang batil, seperti melalui undian yang termasuk kategori dilarang agama, maka amal yang dilakukan dengan menggunakan harta tersebut tidak akan diterima Allah. Meskipun, harta itu digunakan untuk bersedekah atau untuk biaya perjalanan untuk melaksanakan haji ke mekkah.
Berbeda halnya dengan undian yang dibolehkan dalam Islam, maka menggunakan hadiahnya untuk biaya pelaksanaan haji dibenarkan pula. Undian bentuk ini termasuk dalam kelompok undian yang kedua diatas. Misalnya perusahaan memilih karyawan atau pegawai untuk diberangkatkan ke mekkah. Pembiayaan seperti ini dapat dinilai sebagi sedekah kepada orang lain. Sedangkan pemilihan karyawan tersebut melalui undian ini bertujuan agar tidak terjadi keirian dari pihak-pihak yang tidak terpilih. Pengundian seperti ini pernah dilakukan oleh rasulullah ketika beliau menentukan istri mana yang akan dibawa dalam suatu bepergian, sebagaimana tampak dalam hadis berikut:
عَنْ عائشةَ أَنَّ النّنبي صَلى اللهُ عَلْيْه وسَلّم كَانَ إِذا خَرَجَ أَقْرَعَ بَيْنَ نسَائِهِ (رواه بخاري و المسلم)
Artinya: Dari ‘Aisyah r.a. bahwasannya Nabi SAW, apabila hendak bepargian mengundi istri-istrinya untuk menentukan siapa yang lebbih berhak ikut bersamanya.
Berdasarkan hadis ini, penentuan orang yang akan berangkat melaksanakan ibadah haji oleh perusahaan terhadap karyawannya dengan cara undian dibolehkan. Bahkan, cara ini dapat dianggap sebagai cara terbaik dalam menghindari terjadinya kecurangan (kolusi dan nepotisme)





DAFTAR PUSTAKA
Bakry, Nazar. Problematika Pelaksanaan Fiqh Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Hasan, M. Ali. Masail Fiqhiyah Zakat, Pajak, Asuransi dan Lembaga Keuangan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Zuhdi, Masjfuki. Masail Fiqhiyah. Jakarta: PT Gunung Agung.
www.google.com// masail fiqh// problematika haji.co.id

Selasa, 12 Juli 2011

اللغة العربية ٢ لطلاب الجامعة

اللغة العربية ٢
لطلاب الجامعة














كلية التربية
جامعة سونن كاليجاكا الإسلامية الحكومية
يوكياكرتا ٢٠٠٩\٢٠١٠
العدد

أنا أذهب إلي الجامعة كلّ أسبوع أربع مرات، أركب درّاجة اشتريتها من نقود منحة الدراسة، أحمل حقيبتى و بها ثلاثة كتب و قلمان اثنان و مسطرة و ممحاة.
أتعلّم في الجامعة علوما كثيرة منها اللغة العربية و اللغة الإنجليزية و اللغة الإندونيسية و التاريخ و فن التربية و سيكولوجي و إحصائي و غير ذلك. أنا أحب اللغة العربية لأنها لغة القرآن و السنة و لغة العالم.و أستطيع الآن أن أقرأها و أكتبها و أتكلم بها.
من أهم الدروس التي أتعلمها بالجامعة درس الإحصائي. و يعتمد درس الإحصائي علي الأعداد و الحساب. و الحساب يساعد الإنسان في البيع و الشراء و تنظيم أعماله و ماله و أوقاته.
والارقام العربية من أقدم الأرقام في العالم. و يقال إنها أقدم الأرقام كلهاو عنها أخذت الأرقام اللاتنية. الناظر إلي الأرقام اللاتنية يجدها تحريفا أو قلبا للارقام العربية.

المفردات
ia berpegang pada (fi`il) يعتمد beaya siswa (ism) منحة الدراسة
ia laki-laki menolong يساعد tasku (ism) حقيبتى
diambil أخذت metode pendidikan (ism) فن التربية
orang yang melihat dengan cermat/pemerhati (ism) الناظر إلي statistik (ism) إحصائي
perubahan/belokan تحريفا aku bisa (fi`il) أستطيع
perubahan قلبا aku berbicara (fi`il) أتكلم

(‌أ) أجب عن الأسئلة !
1- ماذا تتعلم في الجامعة ؟
2- هل تحب اللغة العربية؟
3- لماذا تحب اللغة العربية؟
4- كم درسا لك بالجامعة ؟
5- اكتب الارقام العربيةو الأرقام اللاتنية من واحد إلي عشرة!

(‌ب) ضع كل كلمة من الكلمات الآتية في جملة مفيدة !
- الناظر إلي - منحة الدراسة - حقيبة - فن التربية – إحصائي – أستطيع – أتكلم- يعتمد - يساعد – أخذت

(‌ج) هات ثلاثة أسئلة عربية من المطالعة السابقة !

القواعد:
واحد واثنان يوافقان المعدود تذكيرا وتانيثا سواء كانا مفردين أومركّبين أو معطوفا عليهما، نحو: رجل واحد، مرأة واحدة، أحد عشر رجلا، إحدى عشرة بنتا، واحد و عشرون رجلا، واحدة و عشرون بنتا.
ثلاثة وتسعة وما بينهما فتخالف المعدود في جميع أحوالها فتكون على عكس المعدود في التذكير والتأنيث سواء كانا مفردين أومركّبين أو معطوفا عليهما، نحو: سبع ليال، ثماتية أيّام، ثلاثة أقلام، وتسع ورقات.
ولفظة عشرة تخالف المعدود (مفردة) وتوافقه (مركّب)، نحو: عشرة رجال، عشر نشاء، خمسة عشر تلميذا، خمس عشرة تلميذة.
وبقيّة ألفاظ العقود كعشرين وثلاثين وأربعين إلى تسعين وكذا لقظتا مائة وألف لا تتغيّر لفظهما في التذكير و التأنيث، فيقال: عشرون رجلا، و عشرون بنتا، ثلاثون رجلا، ثلاثون بنتا، مائة رجل، مائة بنت، الف رجل، الف بنت.
إنّ العدد الترتيبى يكون على وفق المعدود أى إنّه تذكّر مع المذكّر ويؤنّث مع المؤنّث إلاّ العقود وما يتّبعها فإنّها بلفظ واحد مع الجميع، مثل: الفصل الأوّل، الرسالة الأولى، الفصل الحادى عشر، الرسالة الحادية عشرة، الفصل العشرون، الرسالة العشرون.

التمرينات
(‌أ) اقرأ العدد الآتي بما يناسب للمعدود
1- 7 صحف 6- 8 أبواب
2- 9 رسوم 7- 5 صلوات
3- 4 غصون 8- 3 أزهار
4- 5 أيّام 9- 10 آيات
5- 6 منازل 10– 4 أنهار

(‌ب) اختر ممّا بين القوسين كلمة صحيحة:
1 – صمت رمضان ثلاثين ( أيّام – يوما)
2 – الصلوات المعروفة سبع عشرة (ركعة – ركعات)
3 – بلغ عدد الحجّاج من قريتي تسعة وتسعين (رجلا – رجالا)
4 – والحاجات من قريتي مائة وأربعون (نساء – امرأة)
5 - من الحجّاج خمسة وخمسون (طالبا – طالبة)
6 – من الحاجات ثلاثة وعشرون (طالبا – طالبة)
7 – وقد دفع الرسوم الحجّ حتّى الآن ثمانية عشر (رجالا رجل)

(‌ج) ضع مكان الأرقام ألفاظا عربية واضبط العدد والمعدود بالشكل:
1- لجامعتنا سونن كاليجاكا 7 كليّات
2- لكليّة التربية 4 أقسام
3- يتعلّم في قسم تربية الدين الإسلامى 315 طالب 255 طالبة
4- غادرت الدفعة 1 و 2 من المطار عادى سومرمو بسراكرتا
5- اشترك في مؤتمر الشباب 9 دول نامية

حقوق الأخوّة في الإسلام

رعى الإسلام حقوق الأخوّة الإسلامية، ووضع الأساس السليم للتعامل، ودعا المسلمين إلى نبذ كلّ الصفات التي تضعف من شأن الأخوّة. وأوّل الخصال التي نهى عنها الحسد، هو تمنّى زوال نعمة الغير، وكما تعرّض لكلّ ما يحدث عادة بين أفراد المجتمع، فنرى مثلا أنّ كلّ تاجر يودّ أن تروج سلعته ويعمل جهده لكي يستريها الناس. وقد تحدث منافسات ومشاحنات بين التجّار في هذا الصدر وبخاصة من يتّجرون في نوع معيّن من السلع.
ولكنّ ديننا الحنيف الذي يهدف دائما إلى إسعاد البشرية رسم لنا طريقا سويّا ألزمنا بإتباعه لكي نعيش إخوانا متحابين في جوّمن المودّة والصفاء فلا يتعدّى أحدنا على الآخر، ولا يخدعه ولا يغشّه ولا يستهزئ به لأيّ سبب كان، بل يحبّ له ما يحبّ لنفسه ويتمنّى له الخير ويخلص له في النصح، ويساعده إذا احتاج، ويعينه على كلّ الزمان، وينزله المكانة اللآئقة به ويحافظ عليه من كلّ سوء ولا يلحق به الأذى في نفسه أو ماله أو عياله.
المفردات
lurus/benar الحنيف hak-hak حقوق (م) حقّ
kita harus ألزمنا memelihara/ menjaga رعى
bermusuhan يتعدّى membuang نبذ
menipu يخدع tabiat/kebiasaan الخصال
menipu يغشّ merintangi/menghalangi تعرّض
mengejek يستهزئ laku/laris تروج
layak/sesuai الائقة
أ‌- أجب عن الأسئلة الآتية!
1- كيف رعى الإسلام حقوق الأخوّة الإنسانيّة ؟
2- أذكر بعض الصفات التي تضعف من شأن الأخوّة ؟
3- كيف لا بدّ أن يعامل المسلم مع أخيه المسلم ؟
4- لماذا يلزم على المسلمين إتباع الطريق الذي رسم الإسلام في المعاملة؟
5- ما الأمور التي لابدّ أن يجتنب عنها المسلم؟
ب‌- رتّب الكلمات الآتية!
1- فاطمة – الرسائل – أوقات – تكتب – الفراغ – في
2- الوقت – الأعمال – بالساعة – و – نرتّب - نحفظ
3- الطيور – الدجاجة – المنزليّة – من
4- مشرقة – السماء – عليل – و – الشمس – زرقاء – والنسيم – صافية
5- صديقي – إسحاق – الشهر – سأزور – القادم – في

النماذج:
1- مدّ زيد يده
2- امتدّ الحبل على الحائط
3- لعب الولد
4- لاعب الولد أخاه
5- نقل الوالد كتاب ولده
6- انتقل أحمد إلى مكان آخر
القائدة:
ينقسم الفعل إلى قسمين: مجرّد و مزيد
(1) الفعل المجرّد
الفعل المجرّد هو ما كانت جميع حروفه أصليّة، مثل: كتب، وعد، نال، رمى، دحرج، زلزل.
الفعل المجرّد قسمان: الفعل الثلاثى المجرّد و الفعل الرباعى المجرّد
أ‌- ينقسم الفعل الثلاثى المجرّد إلى ستّة أوزان
1- فَعَلَ – يَفْعُلُ مثل: كتب–يكتب، نصر–ينصر، عبر – يعبر، خرج- يخرج
2- فَعَلَ – يَفْعِلُ، مثل: نزل – ينزل، صرف – يصرف، جلس – يجلس
3- فَعَلَ – يَفْعَلُ، مثل: جمع – يجمع، ذهب – يذهب، قطع – يقطع
4- فَعِلَ – يَفْعَلُ، مثل: قبل – يقبل، غضب – يغضب، شرب – يشرب
5- فََعِلَ – يَفْعِلُ، مثل: وثق – يثق
6- فَعُلَ – يَفْعُلُ، مثل: كرم – يكرم، حسن- يحسن، سهل- يسهل
ب‌- يأتي الفعل المجرّد الرباعى وزن واحد وهو فَعْلَلَ-يُفَعْلِلُ، مثل: ترجم-يترجم، وسوس-يوسوس، زلزل- يزلزل
(2) الفعل المزيد
الفعل المزيد هو ما زيد على حروفه الأصليّة حرف أو أكثر، مثل: قاتل، صدّق، اجتاز، اجتمع. الفعل المزيد قسمان: الفعل الثلاثى المزيد و الفعل الرباعى المزيد.
الفعل الثلاثى المزيد
أ- الفعل الثلاثى المزيد هو الفعل يزاد بحرف أو بحرفين أو بثلاثة أحرف
الفعل الثلاثى المزيد بحرف له ثلاثة أوزان:
1- أَفْعَلَ، مثل: أكرم – أحسن – أشعل
2- فاعَلَ، مثل: شاهد – طارد – سامح
3- فَعَّلَ، مثل: قدّم – كرّم – علّم
الفعل الثلاثى المزيد بحرفين له خمسة أوزان:
1- اِنْفَعَلَ، مثل: انطلق – انصرف – انقطع
2- اِفْتَعَلَ، مثل: اجتمع – اقترب – انتصر
3- اِفْعَلَّ، مثل: احمرّ- اخضرّ- اعوجّ
4- تَفَعَّلَ، مثل: تقدّم – تقرّب – تعلّم
5- تَفَاعَلَ، مثل: تباعد – تبارك – تبارى
الفعل الثلاثى المزيد بثلاثة أحرف له ثلاثة أوزان:
1- اِسْتَفْعَلَ، مثل: استقبل- استغفر- استخرج
2- اِفْعَوْعَلَ، مثل: اغرورق- اخشوسن
3- اِفْعَالَّ، مثل: احمارّ- اخضارّ- اصفارَّ
الفعل الرباعى المزيد
الفعل الرباعى المزيد هو الفعل الرباعى يزاد بحرف أو بحرفين. الفعل الرباعى المزيد بحرف يأتي على وزن واحد وهو تَفَعَّلَ مثل: تدهور- تبعثر.
الفعل الرباعى المزيد بحرفين له وزنان:
1- اِفْعَلَلَّ، مثل: اقشعرّ – اطمأنّ
2- اِفْعَنْلَلَ، مثل: افرنقع (اى تفرّق) – احرنجم (اى تجمّع).

التمرينات
(‌أ) اجعل الأفعال المزيدة الآتية مجرّدة:
تعلّم – انصرف – أكرم – احتفظ – تفاخر – انتقل – استغفر – أخبر
(‌ب) اخترالكلمة الصحيحة ممّا يبن القوسين
1- من (يجاهد – يجتهد) في دروسه ينجح في الامتحان
2- من (يزرع – يزارع) كثيرا (يحصد - يحتصد ) كثيرا
3- نحن (نفكّر – نتفكّر) قبل العمل لكي لا يندم
4- أنت (تشتغل – تشغل ) في المصنع
5- نام الطفل ولم (يقم – يقيم) من نومه
6- من ( أحسن – حسن) إلى الناس فقد أحسن إلى نفسه
7- (قدّمت – تقدّمت) الأمّة بتقدّم شؤون التربية
8- (انكسر – كسر) الولد الزجاجة
9- نزل المطر غزيرا (فملأت – فمتلأت) الأنهار بالمياه
10- (انفتحت – فتحت ) الزهرة صياحا
(‌ج) اختر الكلمات المناسبة فيما يأتي
1- ............ المساجد بالمصلّين يوم الجمعة (كثرت – امتلأت – خلت)
2- دلّ............ المساجد بالمصلّين على قوّة الروح الدينيّة للسكّان (امتلاء – خلو– بعد)
3- اجتمع ...........طبقات الناس في المسجد (جميع – بعض – أقلّ)
4- ........... الناس يوم الجمعة الخطبة ( يذهب – يجتمع – يستمع)
5- ...........المسلمين إلى المسجد في أوقات الصلاة( يسرع – يتبطأ – يجري)

صلح الحديبية

مضت ستّة أعوام بعد هجرة الرسول ص.م. إلى المدينة. وكلّما مرّ عام على المسلمين زاد شوقهم إلى مكّة. وفي ليلة رأى الرسول في نومه رؤيا أدخلت السرور على نفسه، رأى أنّه هو وأصحابه يدخلون مكّة آمنين، محلّقين رؤوسهم ومقصرين لايخافون
أخبر الرسول ص.م. أصحابه بهذه الرؤيا ففرحوا وزاد شوقهم لزيارة بيت الله الحرام. بعد ذلك أمرهم الرسول بالخروج إلى مكّة لأداء العمرة. فخرجوا في ذي القعدة من السنة السادسة وساروا حتّى وصلوا إلى مكان قريب من مكّة، واستعدّوا لقتالهم ولكن الرسول رفض الحرب وتمسّك بالسلام. واتّفق معهم على أن يرجع هو وأصحابه إلى المدينة في هذا العام من غير عمرة، وأن يعودوا في العام القادم فتخلى لهم مكّة ثلاثة أيّام فقط، يعتمرون فيها ثمّ يخرجون بعدها.
وافق الرسول ص.م على ذلك حتّى لا يقع بينه وبينهم قتال وسمّي هذا الإتّفاق صلح الحديبية
وفي ذى القعدة من الساعة السابعة عاد الرسول بمن كان معه في الحديبية إلى مكّة فأقاموا بها ثلاثة أيّام، اعتمروا فيها ثمّ رجعوا إلى المدينة.

المفردات
memberitahukan/mengabarkan أخبر berlalu/lewat مضت
mereka bersiap-siap استعدّوا tahun أعوام (م) عام
memerangi قتال rasa rindu شوق
berpegang teguh تمسّك melihat/mimpi رأى
sepakat/menyetujui اتّفق gembira/senang السرور
dikosongkan تخلى bertahallul/memotong محلّقين
mereka berumroh يعتمرون memendekkan/mencukur مقصرين
mereka tinggal أقاموا mereka gembira/senang فرحوا

التدريبات:
(‌أ) أجب عن الأسئلة الآتية
1- ما الرؤيا التي رآها الرسول ص.م
2- بماذا شعر أصحابه عندما قصّ عليهم الرؤيا؟
3- أين نزل الرسول وأصحابه وهم في طريق إلى مكّة؟
4- على ماذا اتّفق الرسول ص.م. والمشركون؟
5- ماذا سمّي الإتّفاق؟
(‌ب) إذا كانت العبارة صحيحة فقل: صواب وإذا كانت غير صحيحة فقل: خطأ
1- المسلمون كانوا في شوق شديد لرؤية أسرهم في مكّة
2- فرح المسلمون عندما أخبرهم الرسول بما رآه في نومه
3- خرج الرسول و أصحابه إلى مكّة لأداء الحج
4- لمّا علم المشركون بقدومهم فرحوا فرحا شديدا
5- رجع الرسول و أصحابه إلى المدينة دون أن يؤدوا العمرة
(‌ج) استعمل المرادف للكلمات التي تحتها خطّ
1- مضت ستّة أعوام بعد هجرة الرسول إلى المدينة
2- رأى الرسول رؤيا أدخلت السرور على نفسه
3- لما علم المشركون بقدومهم منعوهم من دخول مكّة
4- استعدّ المسلمون للقتال
5- اتّفق معهم الرسول على أن يرجع هو وأصحابه إلى المدينة من غير عمرة

النماذج
الجملة الفعل نوعه السبب
خرج الأمير في الليل خرج صحيح لايوجد حرف علة
أمرنا الله بالصلاة أمر صحيح لايوجد حرف علة
سأل عمر الرجل سأل صحيح لايوجد حرف علة
بدأ عمر يطوف بدأ صحيح لايوجد حرف علة
مرّ عمر بمحمود مرّ صحيح لايوجد حرف علة
وعد الله المؤمنين بأن لهم جنّة النعيم وعد معتل يوجد حرف علة "و"
قال الأستاذ لتلامذه قال معتل يوجد حرف علة "و"
يتلو المؤمنون القرآن يتلو معتل يوجد حرف علة "و"

القائدة
ينقسم الفعل بالنظر إلى بنيّته إلى: صحيح و معتل.
(‌أ) الفعل الصحيح هو ما خلت حروفه الأصليّة من حروف العلّة، مثل: كتب – يدرس- رسم.
ينقسم الفعل الصحيح إلى ثلاثة أقسام:
1- السالم هو ما سلمت حروفه الأصليّة من الهمزة والتضعيف، مثل: فتح-كتب
2- المضعّف هو ما كان ثانيه وثالثه من جنس واحد، مثل: مرّ، ردّ، هزّ
3- المهموز هو ماكان أحد حروفه الأصليّة همزة، مثل: أخذ-سأل-قرأ
(‌ب) الفعل المعتل هو ما كان في حروفه الأصليّة حرف أو اثنان من حروف العلة وهى: الألف – الواو - الياء
ينقسم الفعل المعتل إلى ثلاثة أقسام:
1- المثال وهو ماكان أوّل حروفه الأصليّة حرف علّة، مثل: وجد – يئس
2- الأجوف وهو ماكان ثاني حروفه الأصليّة حرف علّة، مثل: قال-طاب
3- الناقص وهو ماكان آخر حروفه الأصليّة حرف علّة، مثل: دنا- رمى- لقى

التمرينات
(‌أ) املأ الفراغ بوضع الفعل الصحيح المناسب مما بين القوسين
1- (نصح – قاد) القائد جنوده في المعركة
2- (جرى – امسك) اللاعب بالكرّة
3- (تبكي – تأكل) الطفلة
4- (نال – أخذ) المجتهد الجائزة
5- (كثر – جرى) الماء في النهر
6- (ارتفعت – طارت) الطائرة في الجوّ
7- (يصلّى – تعبد) المؤمن في المسجد
8- (دخل – باع) كريم منزله
9- (فرح – راح) العلاج
10- (ملآ – سال) الماء الجدوال
(‌ب) ضع فعلا صحيحا في المكان الخالي ممّا يأتي
1- ............البنت الوردة
2- ............ الريح الأغصان
3- ............ الطالب درسه ليلا
4- ............ الدرس في الساعة الثامنة صباحا
5- ............القارئ القرآن
6- ............ الخصان العجلة
7- ........... الأستاذ أنّ الامتحان قريب
8- ........... الفلاح في العمل
9- ...........الوالد ابنه فلوسا
10- نحن ...........الله ولا نشرك به شيئا

(‌ج) بيّن نوع الأفعال الصحيحة التالية (سالما أو مهموزا أو مضعفا)
1- سمع الناس نصيحة العلماء ...........
2- شدّ المؤمن أخاه المؤمن ...........
3- أذن له الرسول بالهجرة إلى يثرب ...........
4- عرف محمود التاريخ الإسلامى ...........
5- اجتمع شبان الكفّار حول بيت الرسول ...........
6- سأل التلميذ الأستاذ عن دروسه ...........
7- مرّت عائشة بمنزل كبير ...........
8- دقّ الجرس في الساعة السابعة صباحا ...........
9- ملأ الماء الجدوال ...........
10- أمسك اللاعب بالكرة ...........



(‌د) عيّن في العبارات الآبية أنواع الأفعال الصحيحة والأفعال المعتلة
كان من عادة أمير المؤمنين عمر بن الخطاب أن يخرج في الليل يطوف بشوارع المدينة ماشيا ليعرف حال الناس ويستمع إلى شكايتهم ليصلح حالهم
في أثناء مشيه في الطريق مرّ عمر بالدار، فقال عمر الرجل، هل عرفت الدار وساكنها؟ أجاب: نعم، ما في الدار إلاّ أمّ وانتها وليس لهما رجل

(‌ه) املإ الفراغ في كلّ جملة آتية بإحدى الكلمات المعدة المناسبة
1- التجّار ...... البضائع في السوق وثبوا
2- الفتاة ...... القرآن كلّ صباح يسمو
3- الديك ......في الفجر يبيعون
4- الأستاذات ......إلى بيوتهنّ تتلو
5- الأولاد ......كوثوب الضفادع يصيح
6- الفتى ...... بحسن أخلاقه يعدن


الضرب في الترية

يسألني كثير من المعلّمين عن مشكلة الضرب وهم حائرون بين ما هو كائن وبين ما يحب أن يكون
ونحن في هذا المجال لا يستطيع أن ننحاز لرأي دون آخر قبل أن نستعرض الحجج والبراهين التي يتذرّع بها من المنكرين للضرب والمؤيّدون له:
يأتي المنكرون للضرب بالحجج التالية:
1- إنّ الضرب وسيلة بدئيّة وربما أفادت في العصور القديمة ولكنّها لا تتناسب بحال ما نحن عليه من تقدّم و حضارة ومدنيّة
2- إنّ السماح للمعلم بالضرب يجعله يلجأ لهذه الوسيلة دون غيرها
3- إنّ الطفل طفل فلا يجوز أن ننضر إليه على أنّه رجل صغير وعلى هذا الأساس قلا يجوز لنا أن نعامله كما نعامل الكبار الراشدين
4- إنّ النظام الداخلى للمدارس الإبتدائيّة الذي أصدرته وزارة التربية و التعليم قد ألغى العقوبات البدنيّة.
أما يؤيّدون الضرب كوسيلة لتقويم سلوك التلاميذ فيوردون الحجج التالية:
1. إنّ الضرورة تدعو لاستعمال الضرب في المدرسة وذلك لأنّ الطفل قد تعوّد الضرب في بيوت جاهلة فلا يرتدع بوسائل أخرى.
1- لو سألنا في أىّ مجتمع علماءه وعباقرته وقادته عن الوسيلة التي عوقب بها وهم صغار لأجابوا جميعا بأنّها الضرب
2- أنّ الضرب وسيلة سهلة وهو يحسم الموقف السلوكى بزمن قصير ففيه توفير في الوقت وتوفير في الجهود التي يبذلها المربّي.
3- يحتاج الطفل في تربيته وتعليمه إلى رادع قوىّ. والخوف من الضرب وسيلة جيّدة لتكون هذا الرادع.

المفردات
dasar الأساس pukulan/hukuman الضرب
orang yang dewasa الراشدين masalah المشكلة
menghasilkan أصدرت condong/memihak ننحاز= نميل
meniadakan الغى mengemukakan نستعرض
terbiasa تعوّد alasan/argumentasi الحجج
يرتدع perantara يتذرّع
cendekiawan عباقرة orang yang kontra المنكرون
pemimpin قادة orang yang pro المؤيّدون
menetapkan/memutuskan يحسم kemajuan تقدّم
efisiensi توفير toleransi/kebolehan السماح
mengerahkan/mencurahkan يبذل berlindung يلجأ
sasaran رادع

الأمثلة:
الجملة الكلمة نوع الكلمة
1- إنّ الضرب وسيلة بدئيّة
2- إنّ السماح للمعلم بالضرب يجعله يلجأ لهذه الوسيلة
3- الاعتماد على النفس أساس النجاح الضرب
السماح
الاعتماد، النجاح المصدر
المصدر
المصدر

المصدر (اسم المعنى) ما دلّ على معنى مجرّد من الزمان. والفعل يكون ثلاثياأو رباعيا أو خماسيا أو سداسيا ولكلّ من هذه الأفعال مصدر خاص.
ليس لمصدرالفعل الثلاثي قائدة واحدة بل يأتي على صور مختلفة ليس لها ضوابط وإنّما تعرف بالسماع والرجوع إلى كتب اللغة. مثل: صناعة، زراعة، حضرة، صفرة وغير ذلك.
مصادر الأفعال الرباعيّة قياسية وتختلف أوزانها باختلاف صيغ الأفعال.
1- إذا كان الفعل على وزن "أفعل" فمصدره يكون على وزن "إفعال" مثل: أنكر- إنكار، أكرم-إكرام. وإن كان فاء الفعل واوا قلبت الواو ياء في المصدر. مثل: أوقف-إيقاف، أوضح – إيضاح. أمّا إذا كان الفعل معتل العين فمصدره يكون بكسر أوّله وإضافة تاء مربوطة في آخره. مثل: أقام- إقامة، أفاد – إفادة.
2- إذا كان الفعل على وزن "فعّل" بتضعيف العين فمصدره على وزن "تفعيل" مثل: درّب – تدريب، قرّب – تقريب، إذا كان الفعل المعتل الآخر فمصدره على وزن تفعلة، مثل: ربّى- تربية، زكّى – تزكية، قوّى – تقوية.
3- إذا كان الفعل على وزن "فاعل" فمصدره على وزن "فعالا" أو "مفاعلة" مثل: قاتل –قتال أو مقاتلة، حاسب – حساب أو محاسبة.

مصادر الفعل الخماسى والسداسى قياسية
إذا كان الفعل الخماسى والسداسى ميدوءا بهمزة الوصل جاء مصدره على وزن ماضيه مع كسر الحرف الثالث وزيادة ألف قبل الآخر. مثل: اجتمع – اجتماع، استقبل- استقبال. إذا كان الفعل مبدوءا بتاء زائدة جاء مصدره على وزن فعله الماضى مع ضمّ ما قبل الآخر. مثل :تقدّم- تقدّما، تعلّم – تعلّم.

التمرينة
اجعل الأفعال الآتية مصدرا:
1- كتب – قرأ – جلس – فتح – حسن – ذهب – أكل – شرب – فهم – سمع
2- أحسن – أدخل – أخرج – أذهب- أقام – أفاد
3- قدّم – حسّن – خرّج – درّس – علّم – حرّم – كرّم
4- جاهد – قابل – عامل – خاطب – قاوم
5- انكسر – انقطع – تمتّع – تفرّب- تباعد - استعمل




في المستشفى

جلس علىّ يستذكر دروسه في المساء فأحسّ تعبا ولم يواصل القراءة والكتابة ثمّ قام فاستلقى على سريره قبل الأوان ورأته والدته على هذا الحال. فقالت لم لم تتم عملك يا علىّ؟
فقال إنّي أحسّ تعبا لم استطع متابعة العمل فأقبلت إليه الوالدة تجسّ يده وجبهته وعرفت أنّه مريض وأنّ حرارته غير عادية.
وفي الصباح لم يقو على الذهاب إلى المدرسة فأخذته والدته إلى المستشفى عدّة أيّام، كان فيها موضع عناية الأطباء والممرضات. يزور الطبيب مرّتين في اليوم ويفحص عنه من جميع حالاته الصحيّة وتكتب له ما يرى من الدواء.
وتقوم الممرضات بقياس حرارته وتسجيلها في بطاقته وتقديم الدواء له في الأوقات التي حدّدها الطبيب. ويشرفن كذالك على غدائه ونظافة الأدوات التي يستحدمها وتطهيرها بين الحين والحين.
وفي يوم وقفت والدة علىّ تتحدّث مع الطبيب وسألته عن سبب إصابة ولدها بهذه المرض.
فقال لها الطبيب: يبدو أنّ ابنك قد أكل طعاما مكشوفا من السوق. فقالت الوالدة أنا اعرف أنّ الطعام المكشوف ضار ويصيب أكله بالمرض. فهل يمكن أن تشرح ضرره؟
قال الطبيب إنّ هذا الطعام ينزل عليه الذباب الحامل للجراثم فإذا أكله الإنسان أصابته العدوى.
فقال على: لقد عرفت الآن أضرر الذباب ولن اتناول بعد اليوم طعاما مكشوفا

المفردات
mengukur قياس mempelajari يستذكر
mencatat تسجيل merasa أحسّ
mereka mengawasi يشرفن berbaring استلقى
menstirilkan تطهير lelah تعبا
nampaknya يبدو melanjutkan متابعة
terbuka مكشوف meraba تجسّ
bahaya ضار dahi جبهة
lalat الذباب panas حرارة
kuman الجراثم pertolongan عناية
penyakit العدوى perawat الممرّضة
sakit المرض memeriksa يفحص
(‌أ) أجب عن الأسئلة الآتية:
1- لماذا نقلت الأمّ ولدها عليّا إلى المستشفى
2- ماذا تتحدّث الأم مع الطبيب؟ّ
3- كيف أصيب على بالمرض؟
4- ماذا أحسّ على؟
5- كيف تعرف أنّ الطعام المكشوف ضار؟
(‌ب) ضع السؤال المناسب لكلّ جملة من الجمل الآتية
1- إنّي أحس تعبا
2- يزوره الطبيب مرّتين في اليوم
3- تقوم الممرّضات بقياس حرارته وتسجيلها في بطاقته
4- إنّ هذا الطعام ينزل عليه الذباب الحامل للجراثم فإذا أكله الإنسان أصابته العدوى.
5- الذي يكتب الدواء طبيب
الأمثلة:
الجملة الكلمة نوع الكلمة
رأته والدته على هذا الحال
تقوم الممرضات بقياس حرارته
هذا الطعام ينزل عليه الذباب الحامل للجراثم
أنّ ابنك قد أكل طعاما مكشوفا من السوق والدة
الممرضات
الحامل
مكشوفا اسم الفاعل
اسم الفاعل
اسم الفاعل
اسم المفعول
القائدة:
اسم الفاعل اسم مشتقّ للدلالة على من وقع منه الفعل. نقول مثلا: نام الرجل فهو نائم. يضرب الولد أخاه فهو ضارب. فكلمة نائم اشتقت من النوم وتدلّ على من وقع منه الفعل. كلمة ضارب اشتقت من الضرب وتدلّ على من وقع منه الفعل.
صوغ اسم الفاعل
أ‌- من الفعل الثلاثى، يصاغ اسم الفاعل من الفعل الثلاثى على وزن "فاعل" مثل: كتب – كاتب، قرأ – قارئ، جلس- جالس
ب‌- من الفعل غير الثلاثى، يصاغ اسم الفاعل من الفعل غيرالثلاثى على وزن المضارع مع إيدال حرف المضارعة ميما مضمومة وكسر ما قبل الآخر. مثل: قاتل- مقاتل، أحسن – محسن، أفاد – مفيد.
اسم المفعول: اسم مشتقّ من الفعل المبنى للمجهول للدلالة على ما وقع عليه الفعل. مثل: سمع الحديث – فالحديث مسموع. ف كلمة مسموع أخذت من الفعل المبنى للمجهول "سمع" وهى تدلّ على ما وقع عليه السمع.
صوغ اسم المفعول
(‌أ) من الفعل الثلاثى، يصاغ اسم المفعول من الفعل الثلاثى على وزن المفعول، مثل: سمع- مسموع، نقل – منقول.
(‌ب) يصاغ اسم المفعول من الفعل غيرالثلاثى على وزن المضارع مع إيدال حرف المضارعة ميما مضمومة وقتح ما قبل الآخر، مثل: استقبل- مستقبل، استغفر – مستغفر

التمرينات
(أ‌) اجعل الأفعال الآتيةاسم الفاعل:
1- جلس – ذهب – أكل – شرب – سمع
2- أحسن – أدخل – أخرج – أذهب- أقام – أفاد
3- قدّم – خرّج – درّس – علّم
4- جاهد – قابل – عامل – خاطب – قاوم
5- انكسر – انقطع – تمتّع – تفرّب- تباعد - استعمل

(ب‌) اجعل الأفعال الآتية مفعولا به:
1- كتب – قرأ – فتح – ذهب – أكل – شرب – فهم – سمع
2- قدّم – حسّن – خرّج – درّس – علّم – حرّم – كرّم
3- جاهد – قابل – عامل – خاطب – قاوم
4- انكسر – انقطع – تمتّع – تفرّب- تباعد - استعمل

التعليم في المساجد والجوامع

في العصر الإسلامى الأوّل كان الصغار يجلسون مع الكبار في حلقات المساجد للتعلّم.وممن تعلّموا في المسجد على ابن أبي طالب وعبد الله بن عباس.
وإنّ للتربية الإسلاميّة صلة كبيرة بالمسجد. فقد أتّخذه المسلمون بيتا لعبادة الله والتقرّب إليه ومعهدا للثقافة الإسلاميّة. والتربية الدينية تدرس فيه قواعد الإسلام وأحكام الدين، وجعل محكمة للقضاء العادل وميدانا لاجتماع الجيس الباسل، وبيتا لاستقبال السفراء ومركزا للحياة الروحية والاجتماعية والسياسية. وقد أطلق على المسجد بيت الله فلا يحتاج أحد إلى الاستئذان حينما يدخله للعبادة أو الدراسة أو غيرهما
وأوّل مسجد بنى في الإسلام هو مسجد قباء، وكان تعقد فيه حلقات دينيّة. ولمّا كان الأطفال لا يتحفّظون من النجاسة قد وصى كثيرون ألاّ يكون التعليم في المسجد لأنّ النبىّ ص.م. أمر بتنزيه المساجد من الصبيان و المجانين لأنهم يسوّدون حيطانها ولا يتحرّزون من النجاسات بل يتّخذون أمكنة في الدروب وأطراف الأسواق. وحينما منع المعلّمون من التعليم في المساجد اتّخذوا لهم زوايا متّصلة بها أو حجرا ملتصقة بها لتعليم الأطفال. وإنّ من يقرأ رحلة ابن جبيرو رحلة ابن بطوطة يجد فيها كثيرا من الحلقات التي كان الأطفال يجتمعون فيها في المسجد ويلتفون حول معلم من المعلمين يعلّمهم القرآن الكريم مع الاحتراس من لعب الأ طفال في المسجد.

المفردات
menjaga diri يتحفّظون masjid jami’/besar الجوامع
najis النجاسة halaqoh/lingkaran حلقات
mensucikan تنزيه hubungan/kaitan صلة
menghitamkan/mengotori يسوّدون menjadikan أتّخذ
dinding/tembok حيطان lembaga/badan/institusi معهدا
menjaga diri يتحرّزون memutuskan/mengadili القضاء
jalan الدروب tentara الجيس
perjalanan رحلة berani الباسل
ujung/pojok أطراف pusat مركزا
berhubungan ملتصقة politik السياسية
melingkar يلتفون mengkaitkan أطلق
menjaga لاحتراس minta idzin الاستئذان

الآمثلة:
الجملة الكلمة نوع الكلمة
1- أوّل مسجد بنى في الإسلام هو مسجد قباء
2- جعل المسلمون مسجدا محكمة للقضاء العادل
3- جعل المسلمون مسجدامركزا للحياة الروحية
4- المسجد هو معهد للثقافة الإسلاميّة مسجد
محكمة
مركز
معهد اسم المكان
اسم المكان
اسم المكان
اسم المكان

القائدة:
اسم المكان اسم الزمان اسم الألة
• اسم المكان هو اسم مشتقّ للدلالة على مكان وقوع الفعل. مثل: ملعب الكرّة فسيح
• اسم الزمان هو اسم مشتقّ للدلالة على زمان وقوع الفعل. مثل: موعد الامتحان أوّل يوني
• صوغ اسم المكان و اسم الزمان.
(1) من الفعل الثلاثى
يصاغ اسم المكان و اسم الزمان من الفعل الثلاثى على وزنين:
أ‌- على وزن "مَفْعَلٌ" إذا كان الفعل معتل الآخر، مثل: ملهى و مجرى.وإذا كان المضارع مفتوح العين أو مضمومها، مثل: مَلْعَبٌ مَدْخَلٌ
ب‌- على وزن "مَفْعِل" إذا كان صحيح الآخر ومضارعه مكسور العين، مثل: مَرْجِع، مَنْزِلٌ. وإذا كان صحيح الآخر وأوّله حرف علّة، مثل: مَوعِد- مَوْرِد.
(2) من الفعل غير الثلاثى
يصاغ اسم المكان و اسم الزمان من الفعل غير الثلاثى على وزن اسم المفعول، مثل: مُجْتَمَع- مُسْتَسْفى.
اسم الألة هو اسم مشتقّ للدلالة على الأداة التى وقع بها الفعل. يصاغ اسم الألة من الفعل الثلاثى المتعدى على ثلاثة أوزان سماعيّة هى:
أ‌- مفعال، مثل: مفتاح، منشار، محراث
ب‌- مِفْعَلٌ، مثل: مبرد- مجهر.
ت‌- ج- مِفْعَلَة، مكسنة، مطرقة.
التمرينات
(‌أ) اجعل الأفعال الآتية اسم الزمان والمكان!
1. قرأ – جلس – دخل – خرج – شرب - كتب – فتح – ذهب – أكل – فهم – سمع – علم – وضع – رأى – ضرب
2. أدخل – أخرج – ترجم – وسوس – كرّر – وكّل – نوّر – نيّن – زكّى – أدّب
3. قاتل –قابل – عاون – اجتمع – امتدّ – انكسر – اختار – استجاب – استلقى

(‌ب) اجعل الأفعال الآتية اسم الالة:
- نصر – ضرب – فتح – وضع – رأى – نظر

(‌ج) ج- املإ الفراغ باسم الزمان أو المكان أو الالة:
1- نفتح الباب بال......
2- أصلّى الظهر في ........
3- ضرب زيد محمّد بال......
4- لعب الأولاد الكرّة في......
5- .....الامتحان النهائ شهر يوني

إستقلال إندونيسيا

في منتصف القرن العشرين ظهر من وراء سديم سماء آسيا الجنوبية الشرقية و أضاءت أنواره الساطعة تبشر بمولد دولة شرقية إسلامية جديدة هي الجمهورية إندونيسيا. لقد حطمت إندونيسيا أغلال الإستعمار الأجنبي الذي قبض على أرخبيلها الخضراء حوالى ثلثمائة و خمسين سنة. إذا فتحنا كتب تاريخ إندونيسيانرى مدى نضال الإندونيسيين لمعاني البطولة و مواقف التضحية و الفداء لأجل الوطن و الحرية و الشعب.
إن كفاح الشعب الإندونيسي و حرية شعبه ضد الإستغلال الأجنبي و الإستعمار الهولندي موضوع طويل لا يتسع المجال للمحادثة أو الحوار فيه. لقد سخرت حكومة الاحتلال آلاف العمال في الأعمال الإجبارية الشاقة كقطع الغابات و شق الطرق و رصفها و تشييد السكات الحديدية و إقامة المبانى و القصور الفاخرة.
فلما وضحت للوطنيين نوايا الإستعمار الماكرة الخادعة في استغلال إندونيسيا قامت الثورة المسلحة يقودها أبطال و مجاهدون بذلوا أموالهم و أنفسهم في سبيل تخليص بلادهم و رأوا أن ساعة الخلاص و التحريرقد أزفت فأعلنوا إستقلال البلاد في اليوم التاريخي و هو يوم 17 أغسطس 1945 م, وما نحن الآن إلاّ أن نتمتع بنعمة الحرية و الإستقلال.

المفردات
melawan penjajah ضد الإستغلال Kemerdekaan إستقلال
menundukkan سخرت pertengahan abad منتصف القرن
kerja rodi الأعمال الإجبارية kabut (j.sudum) سديم
melelahkan الشاقة bersinar أضاءت
mengaspal رصف terang الساطعة
rel kereta api السكات الحديدية menghancurkan حطمت
istana القصور belenggu penjajahan أغلال الإستعمار
megah الفاخرة menggenggam/menguasai قبض
menipu/memperdaya الماكرة kepulauan أرخبيل
menipu الخادعة perjuangan sepanjang masa مدى نضال
pahlawan أبطال pengorbanan التضحية
penyelematan/pembebasan الخلاص tebusan الفداء
dekat أزفت perjuangan كفاح
menikmati نتمتع

(‌أ) أجب عن الأسئلة !
1. ما المراد باليوم التاريخي لشعب إندونيسيا ؟ و لماذا ؟
2. لماذا قامت الثورة المسلحة ضد المستعمرين ؟
3. متى إستقلال إندونيسيا؟

(‌ب) ضع كل كلمة من الكلمات المخططة السابقة في جملة مفيدة !
(‌ج) هات ثلاثة أسئلة عربية من المطالعة السابقة !

الأمثلة:
1. لقد تحرّرنا وعدنا سادة في بلادنا
2. دافع المجاهدون عن الوطن مخلصين
3. خاض الشعب الإندنيسي المعركة ضدّ الإستعمار باسلين

القائدة:
الحال هو وصف فضلة يبيّن هيئة صاحبه عند وقوع الفعل ولا تجئ الحال إلاّ عن فاعل و مفعول. ويسمّى الفاعل أو المفعول به الذي تبيّن الحال هيئته "صاحب الحال" ولا بد أن يكون صاحب الحال معرفة. مثل : جاء القائد منتصرا
أنواع الحال:
1- اسم ظاهر كما في الأمثلة السابقة
2- شبه الجملة مثل: رأيت السحاب بين السحاب
3- جملة اسميّة أو فعليّة، مثل: استيقظت والسمس طالعة، سار الطفل يبكي

التمرين
املاء الفاغات فيما يأتي بحال مناسب يختار ممّا يأتي:
فداء – ظالما – جلادا – شهيدا – مظلوما – منتصرا
1- جاء القائد .........
2- مات المجاهد .........
3- قاتل الجند.........
4- جاء المستعمر.........
5- مات البطل.........لحريّة الشعب

الديانات في إندونيسيا

يبلغ عدد سكان إندونيسيا مائتين و عشرين مليون نسمة أكثرهم مسلمون. والديانات الأخرى في إندونيسيا غير الإسلام هي كاتوليك و بروستستانت و هندوكية و بوذية .
و تاريخ دخول تلك الديانات إلي إندونيسيا يرجع إلي زمن قديم. و قد دخلت الهندوكية و البوذية إلي إندونيسيامنذ القرن الأول المسيحى. و يذكر المؤرخون أنه في هذا القرن وصل إلي إندونيسيامهاجرون من الهنود من جنوبي الهند و يحملون الديانة الهندوكية و تغلغلت في البلاد في القرن السابع الميلادي ثم وفدت عليها ديانة البوذية بعد انتشارها في الهند.
وأما الإسلام قد دخل إليها مع التجّار العرب والهنود والفرس في القرن الأوّل الهجرى. عبّر التجّار المسلمون خليج ملقا إلى سومطرة أقرب جزيرة إلى الشرق الأوسط ثمّ امتدّ جاوى وبقيّة الجزر. كانت التجارة هى العامل الأوّل لمجيئهم. وصاحبها محاول نشر الدعوة. ثمّ الاختلاط والتزاوج بين المسلمين القادمين والسكان الأصليين.
ودخلت المسيحية مع الأوروبين عام 1602 م لتفرض نفسها مع الغزأة الطامعين. تصدّى لها المسلمون وقاومون بكلّ مايملكون...فاتخذ الاستعمار طرقا ملتوية لنشرهافأنشئوا المدارس لينفذوا بها إلى عقول الأطفال فيحوّلهم عن الإسلام في غفلة من آبائهم وأقاموا المستشفيات ليواجهوا بها المرضى وهم في أشدّ الحاجة إلى العلاج. ثمّ أتاحت لهم سلطاتهم المتحكّمة في كلّ شيئ عن طرق الدعاية المتعدّدة لينشروا فكرهم المسموم في عقول المرضى والضعفاء ويقارنوا بين تخلّف دول الشرق الإسلاميّة وتقدّم أوروبا المسيحيّة وينسبوه إلى الدين الإسلامي متّخذين جهل المسلم بحضارته طريقا لثبيت دعايتهم.

المفردات
menentang قاومون sampai يبلغ
kacau ملتوية jiwa نسمة
mereka mendirikan أنشئوا Sejarawan/ahli sejarah المؤرخون
mempengaruhi ينفذوا masuk dengan susah payah تغلغلت
lupa غفلة tersebar انتشار
obat العلاج menyeberang عبّر
menentukan/menyediakan أتاحت selat خليج
kekuasaan/pemimpin سلطاتهم memanjang/meluas امتدّ
yang dipimpin المتحكّمة pengaruh/faktor العامل
propaganda الدعاية percampuran الاختلاط
kotor المسموم perkawinan التزاوج
membandingkan يقارنوا menetapkan/mewajibkan تفرض
kemunduran تخلّف prajurit/tentara الغزأة
kemajuan تقدّم tamak/rakus الطامعين
Menisbatkan ينسبوه melawan تصدّى

‌أ- أجب عن الأسئلة الآتية:
1. متى دخلت ديانة الهندوكيّة لإندونيسيا؟
2. متى دخلت ديانة البوذية لإندونيسيا؟
3. من يحمل ديانة الإسلام لإندونيسيا؟
4. أذكر العوامل الدافعة في دخول الإسلام وانتشاره في إندونيسيا؟
5. ماذا يفعل المسيحيون أن ينشروا ديانتهم؟

النماذج
النمرة الجملة أصل التمييز البيان
1. واشتعل الرأس شيبا فاعل اشتعل شيب الرأس
2. حسنت المرأة حلقا فاعل حسنت حلق المرأة
3. أنا أكثر منك مالا مبتدأ مالي أكثر مالك
4. غرست الأرض شجرا مفعول به غرست شجر الأرض

القائدة:
التمييز اسم يذكر بعد مبهم لإزالة إبهامه وبيان المراد منه. واسم مبهم يشرح التمييز يسمى "مميّز"
المميّز نوعان:
1- المميّز الملفوظ هو مميّز يذكر في الكلام. ويكون المميّز الملفوظ:
‌أ- اسم وزن: اشتريت كيلو رزّا
‌ب- اسم كيل: اشتريت لترا قمحا
‌ج- اسم مساحة: لي متر أرضا
‌د- اسم عدد: في اليوم أربع وعشرون ساعة

2- المميّز الملحوظ هو مميّز لا يذكر في الكلام. ويكون المميّز الملحوظ:
‌أ- منقولا من المبتدأ (ما كان أصله مبتدأ)
‌ب- منقولا من الفاعل (ما كان أصله فاعلا)
‌ج- منقولا من المفعول (ما كان أصله مفعولا به)

التمرينات
‌أ- استخرج التمييز في الجمل الآتية:
1- السعودية أكثر البلاد إنتاجا للبترول
2- المرأة أشدّ صبرا في تربية الأبناء
3- الممرّضات أرحم قلبا في معاملة المريض
4- كن أصدق قولا من زملائك
5- زادت آيات الله المؤمنين إيمانا فوق إيمانهم

‌ب- أعد الجمل الآتية مبتدئا بما بين القوسين لتجعل المبتدأ تمييزا
1- عدد أفراد أسرته أقلّ من عدد أفراد أسرتي (أسرتي)
2- تجربتي أكثر من تجربتك (أنا)
3- قوّة جيش المسلمين أشدّ من فوّة جيش الأعداء (جيش المسلمين)
4- نتيجتنا أفضل من نتيجتكم (نحن)


‌ج- اجعل الفاعل في الجمل الآتية تمييزا:
1- زادت شجاعة المرأة
2- حسنت أخلاق زينب
3- جمل مدخل المنزل
4- اطمأنّت نفوس المسلمين

‌د- اجعل المفعول في الجمل الآتية تمييزا:
1- زرعنا شجر الحقل
2- زاد الله كرمك
3- لقد ضاعفت مال الشركة

‌ه- حوّل التمييز في الجمل الآتية إلى فاعل:
1- تطيب الإسكندرية هواء
2- يزداد المسلمون شجاعة عند ما تشترك معهم المرأة في القتال
3- المرأة كثرت خبرة في ميدان التمريض
4- الطالبات أشدّ حرصا على النظام

الأعياد الرسمية

لبلادنا إندونيسيا أعياد رسميّة حكوميّة و أعياد شعبيّة . فتقفل في معظمها المدارس الحكوميّة والدوائر الرسميّة. وعمّال بعض المصانع في راحة وأبواب المتاجر مقفولة، ومن تلك الأيّام ما يأتي:
1- أوّل يناير بمناسبة العام الميلادى الجديد 8- عيد الأضحى
2- أوّل محرّم للعام الهجرى الجديد 9- عيد ويتشاك
3- أوّل يوم للعام الجديد السكوى الجاوي 10- مولد عيسى عليه السلام
4- 17 أغسطس ليوم الإستقلال 11- وفاة عيسى عليه السلام
5- مولد النبي صلى الله عليه وسلّم 12- صعود عيسى عليه السلام إلى السماء
6- إسراء الرسول ومعراجه 13- يوم باسكاه
7- عيد الفطر
وهناك أعياد رسميّة لا تقفل فيها الحكوميّة ولا المدارس ويعتاد بعض الدوائر الحكوميّة والأهليّة والمصانع والمجتمع بإقامة الحفلة لتلك الأعياد، ومنها:
1- 8 يناير ليوم ديفوناغورو 6- 28 أكتوبر ليوم حلف الشبّان
2- 21 أبريل ليوم كارتيني 7- 10 نوفمبر ليوم البطولة
3- 20 مايو ليوم الحركة الوطنية 8- 22 ديسمبر ليوم الأمهات
4- أوّل يونيو ليوم بانتشاسيلا 9- نزول القرآن
5- أكتوبر ليوم القوة المسلحة
والمسلمون في أعيادهم الرسميّة يقضون مراسيمهم أو تقاليدهم الديتيّة في المساجد أو العبادات أو في البيوت، بينما المسيحيون من بروتستانيين وكاثوليكيين يؤدّون طقوسهم الدينيّة في الكنائس أو في معابدهم.

المفردات
biasanya يعتاد hari raya الأعياد
swasta الأهليّة keperintahan/nasional/resmi حكوميّة
mendirikan إقامة swasta شعبيّة
perayaan الحفلة libur/tutup تقفل
mereka menghabiskan يقضون kebanyakan/mayoritas معظم
upacara مراسيمهم instansi/kantor الدوائر
kebiasaan/ritual تقاليدهم resmi الرسميّة
upacara طقوسهم karyawan/pekerja عمّال
gereja الكنائس pabrik/tempat produksi المصانع
tempat-tempat ibadah معابد istirahat/libur راحة
tempat perdagangan المتاجر

‌أ- أجب عن الأسئلة الآتية:
1- متى ولد الرسول صلّى الله عليه وسلّم؟
2- أذكر ثلاثة أنواع من أعياد المسلمين؟
3- متى عقدت الحفلة لعيد الإستقلال؟
4- متى عقدت الحفلة لذكرى نزول القرآن؟
5- متى أعلن استفلال إندونيسيا؟

‌ب- ضع سؤالا لكلّ من الأجوبة الآتية:
1- نعم، لها أيّام رسميّة حكوميّة
2- في أوّل المحرّم
3- في شهر رجب
4- لا، يعقد في شهر ذي الحجّة
5- لا، يعقد في اليوم 10 نوفمبر

النماذج:
(أ)
1- كثرت المساجد في كلّ المدن إلاّ مدينة
2- ما شاهدت المصانع إلاّ مصنعين
3- إمتلأت الفصول إلاّ فصلا
(ب)
1- لم يصل الموضّفون إلاّ موضّفا
2- شاهدت الحفلات إلاّ حفلتين
3- لا تعين الحكوميّة المحلّيّة المواطنين للعمل فيها إلاّ الساكنين في جوكجاكرتا فقط.
(ج)
1- لايصلّى في المساجد إلاّ المسلمون
2- لم يرجع الموظّف في يوم عيد الفطر إلاّ أسبوعا
3- ما أعجبت إلاّ مسجد الحرام بمكّة

القاعدة :
1- المستثنى اسم يذكر بعد أداة الإستثناء (إلا) مخالفا لما قبلها في الحكم، والإسم الذي يقع قبل (إلا) يسمى مستثنى منه.
2- المستثنى ب (إلا) له أحكام ثلاثة :
‌أ- واجب النصب : إذ كان الكلام مثبتا (غير منفي) وذ كر المستثنى منه
‌ب- جائز النصب أةوإتباع المستثنى منه في إعربه (يدل منه) : إذ كان الكلام منفيا وذ كر المستثنى منه.
‌ج- حسب موقع في الجملة : إذ كان الكلام منفيا ولم يذ كر المستثنى منه.

التمرينات
‌أ- استخرج المستثنى و المستثنى منه في الجملة الآتية واضبط المستثنى بالشكل
1. فازالمتسابقون إلاّ متسابقا
2. عادت الطائرات من المعركة إلا طائرة
3. قرأت صحف اليوم إلا سحيفة
4. ما أفتني الكتب إلا جيّدا منها
5. لا يأكل المريض إلاّ خبزا
‌ب- ضع كلمة مناسبة في المكان الخالى من الجمل الآتية واضبط بالشكل:
1- حضر الأباء الحفل إلا .......
2- قرأت القصص إلا .......
3- لم يحضر الحفل إلا .......
4- ما قرأت القصص إلا .......
5- ما قرأت إلا .......
6- ما اتصلت بالزائرين إلا .......

‌ج- اضبط كلمة (سائحة) أو كلمة (مكتب) في كلّ جملة ممّا يأتي
1- ما زارت السائحات المكتبات إلاّ (سائحة)
2- ما زارت السائحات المكتبات إلاّ (مكتية)
3- ما زارت السائحات المكتبات إلاّ (سائحة)
4- ما زارت السائحات إلاّ (مكتية)
5- لم يدخل المكتبة إلاّ (سائحة)
6- ما تلك إلاّ (مكتبة)

مكارم الأخلاق

يهدف الدين الإسلامى الحنيف إلى تهيئة الإنسان للعمل لما فيه سعادته في الدنيا والآخرة، ويضع المبادئ السليمة بناء للمجتمع الإنسانى يتحقّق معه تماسك الأمّة وتعاونها وإشاعة للمحبّة بين أفرادها وغرسا للعقيدة الإسلاميّة في النفوس.
والرسول الكريم صلّى الله عليه وسلّم بوصفه المعلّم الأوّل البشرى يقدّم لنا طائفة من المبادئ القويمة التي أوصاه بها ربّ السماوات والأرض لنسير على هديها ونعمل بها، وهى الإخلاص في القول والفعل وترك النفاق والرياء، والعدالة في جميع الأحوال وعدم تأثّر الإنسان بالهوى والإعتدال في الإنفاق في حالتي الغنيّ والفقر، والعفو عند المقدّرة و دفع السيّئة بالحسمة والتفكير فيما فيه خير الفرد والجماعة والتحدّث بذكرالله ونعمه وإنعام النظر في مخلوقات الله للإستدلال على عظمة الله وقدرته وأنّه وحده الأحقّ بالعبادة.

المفردات
yang lurus / tegak القويمة bertujuan يهدف
mewasiatkan أوصا yang lurus/benar الحنيف
kita berjalan نسير menyiapkan تهيئة
berbuat adil الإعتدال prinsip-prinsip/dasar-dasar المبادئ
meninggalkan دفع yang benar السليمة
memberikan kenikmatan إنعام menyebarkan/menyiarkan إشاعة
mencari bukti إستدلال nyata/menjadi nyata يتحقّق
paling berhak الأحق menumbuhkan غرس
أجب عن الأسئلة الآتية:
1- ما هدف الدين الإسلامى الحنيف؟
2- لماذا يضع المبادئ السليمة؟
3- ماذا يقدّم لنا الرسول الكريم صلّى الله عليه وسلّم ؟
4- اذكر بعض الأخلاق الكريمة؟
5- من أحقّ للعبادة؟
النماذج:
1- يضع المبادئ السليمة بناء للمجتمع الإنسانى
2- عاقب المدرّس التلميذ تأديبا له
3- زرت أصدقائي إبقاء على الحبّ والمودّة
4- قمت بالرياضة البدنيّة حفظا على الصحّة
5-
القلئدة:
المفعول لأجله اسم منصوب يذكر بعد الفعل لبيان سببه.

أ‌- استخرج المفعول لأجله من الجمل الآتية:
1- سافرت إلى جوكجاكرتا طلبا للعلم
2- قام التلاميذ إكراما للأستاذ
3- لاتقتلوا أولادكم خشية إملاق
4- وما أرسلناك إلاّ رجمة للعالمين
5- اغتربت رغبة للعلم

ب‌- اجعل كلّ اسم من الأسماء الآتية مفعولا لأجله:
1. احتراما
2. طاعة
3. حفظا
4. شكرا
5. تعبا



الجهات

استيقظ أحمد من نومه مبكّرا بعد ليلة طويلة لم ينم فيها كثيرا.نظر أحمد إلى ساعته كانت تقترب من الثالثة صباحا. بعد فترة، ارتفع صوت المؤذّن عاليا. فشعر أحمد بالاطمئنان، ثمّ وثب من فراشه فتوضّأ ثمّ صلّى الفجر. بعد الصلاة تمشّى في الطريق ينتظر طلوع الشمس، والهواء في ذلك الوقت بارد صحيّ.
تطلع الشمس في جهة الشرق، ثمّ نظر أحمد إلى الشمس وهو يتوجّه إلى الشرق. على يمينه جهة الجنوب وعلى يساره جهة الشمال، ووراءه جهة الغرب. فالشرق والغرب والشمال والجنوب هى الجهات الأصليّة.
الجهة بين الشمال والغرب هي الشمال الغربي و الجهة بين الشمال والشرق هي الشمال الشرقي و الجهة بين الجنوب والشرق هي الجنوب الشرقي و الجهة بين الجنوب والغرب هي الجنوب الغربي، تلك هي الجهات الفرعيّة.
الشمس تميل إلى الغرب شيئا فشيئا وحرارته تنقص قليلا. ويأتي وقت العصر فيصلى أحمد العصر، ثمّ يلعب كرّة القدم فيما بعد مع أصحابه حتّى تغيب الشمس فيأتي الليل ويصلّى المغرب.
المفردات
menuju/menghadap يتوجّه Arah الجهات
condong/cenderung تميل Bangun استيقظ
suhu/panas حرارت mendekati/hampir تقترب
berkurang تنقص melompat وثب
tenggelam تغيب ranjang/tempat tidur فراش
أجب عن الأسئلة الآتية:
1- ماذا يشعر أحمد بعد سماع الآذان؟
2- ماذا يعمل أحمد بعد صلاة الفجر
3- ما الجهات الأصليّة؟
4- ما الجهات الفرعيّة؟
5- أين تغرب الشمس؟
النماذج
الجملة المجزوم الجوازم
لم يقرأ سالم الدرس يقرأ لم للغائب
لم تقرأ مريم الدرس تقرأ لم للغائبة
لاتفعل مثل ذلك تفعل لا الناهية للمخاطب
لاتفعلي مثل ذلك تفعلي لا الناهية للمخاطبة
ليكتب طالب الدرس يكتب لام الأمر للغائب
لتكتب طالبة الدرس تكتب لام الأمر للغائبة

القوائد:
1- يجزم الفعل المضارع بالسكون إذا سبقه لم، ولا الناهية ولام الأمر وكان الفعل صحيح الآخر
2- يجزم الفعل المضارع بحذف حرف العلّة إذا سبقه لم، ولا الناهية ولام الأمر وكان الفعل معتلّ الآخر
3- يجزم الفعل المضارع بحذف النون إذا سبقه لم، ولا الناهية ولام الأمر وكان الفعل من الأفعال الخمسة
أ‌- ضع حرفا من حروف الجزم (لم أو لا الناهية أو لام الأمر) من الجمل الآتية:
1- ......يحفظ كلّ بلميذ دروسه
2- ...... تلبس خذاء ضيّقا
3- ......اترك الصلاة أبدا
4- ......يؤدّي كلّ مواطن واجبه
5- ...... يكثر الذباب في البيت النظيف
6- ...... يحترم السائق إشارات المرور
7- ......يزرع الفلاّحون الأرزّ
8- ...... تقل لأخيك شرّا
9- ...... القى ك في المحطّة أمس
10- ......اشرب الماء كثيرا
ب‌- ضع فعلا مضارعا في المكان الخالى:
1- لم ......محمود نصيحة أمّه
2- ل......من نومك مبكّرا
3- لا......أثناء المحاضرة
4- لا...... الخضر قبل غسلها
5- ل......دروسك يامحمّد جمال
6- ارجو أن لا......بيتي يا مربم
7- لا......عمر في المطعم
8- لم......أمّي القهوة في الصباح
9- ل......محمود زكاة الفطر
10- لا......أولادكم خشية إملاق













"العلم جنة مفتاحها السّؤال والجهل ظلملة سببها الكسل"

“Ilmu itu laksana pertamanan surga sedangkan kuncinya yaitu bertanya (pada para ulama’) Kebodohan itu adalah kegelapan dan penyebabnya adalah kemalasan”

Perbandingan antara Filsafat, Agama dan Ilmu Agama

Perbandingan antara Filsafat, Agama dan Ilmu Agama

A. Pengertian
1. Filsafat
Filsafat adalah kegiatan berpikir manusia yang berusaha untuk mencapai kebijakan atau kearifan.
2. Agama
Agama adalah system atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.
3. Ilmu Pengetahuan
Ilmu Pengetahuan adalah suatu system dari berbagai pengetahuan yang disusun sedemikian rupa menurut asas-asas tertentu, hingga menjadi kesatuan.

Persamaan Filsafat, Agama dan Ilmu Pengetahuan
1. Ketiganya merupakan sumber kebenaran atau bentuk pengetahuan.
2. masing-masing mempunyai system dan metode dalam mengolah obyeknya secara tuntas.
3. Saling memberikan pandangan yang bergandengan.
4. Sama-sama mengarah pada persoalan yang harus dipecahkan dalam kehidupan manusia.
5. Dalam memecahkan masalahnya ketiganya digunakan langkah secara sistematis.
6. Sama-sama menuntut untuk mencapai kebahagiaan serta kebenaran.

Perbedaan Filsafat, Agama dan Ilmu Pengetahuan
1. Sifat kebenaran Ilmu Pengetahuan adalah positif dan relative.
Sifat kebenaran Folsafat adalah spekulatif yakni suatu perenungan yang bersifat hipotesis yang mengakar dan menyeluruh.
Sifat kebenaran Agama adalah mutlak karena bersumber dari Tuhan yang Maha Sempurna.
2. Ilmu Pengetahuan dimulai dengan keraguan atau pertanyaan kemudian diterapkan dalam bentuk riset, pengulangan dan percobaan.
Filsafat mencari jawaban yang mengarah dan mendalam.
Agama mencari jawabannya dimulai dengan keimanan dan keyakinan.
3. Ilmu pengetahuan bersifat teoritis.
Filsafat bersifat Universal.
Agama bersifat keTuhanan (Tauhid)

Minggu, 10 Juli 2011

pendidikan islam

ILMU PENDIDIKAN ISLAM
 Pengertian Ilmu Pendidikan Islam
Secara arti bahasa pengertian ilmu pendidikan ada 3 macam :
1. Tarbiyah
• Tarbiyah secara bahasa berasal dari bahasa kata Rabba-yarabbu-tarbiyah yang berarti memperbaiki (ashlaha), menguasai urusan, memelihara dan merawat, memperindah, memberi makan, mengasuh,memiliki, mengatur dan menjaga kelestarian maupun eksistensinya.
• Sedangkan menurut istilah berarti penyampaian suatu hal yang sesuai dengan kemampuan dan bertujuan agar tercapaianya kehidupanyang lebih baik di masa yang akan datang.
• Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bersifat Rabbaniy dapat dilihat dalam Al-Qur’an Surat Ali-Imron 79 dan dijelaskan pula pada hadisNabi dari Abbas yang diriwayatkan oleh bukhori.
2. Ta’dib
• Ta’dib secara bahasa berasal dari kata Addaba-yuaddibu-ta’diban yang berarti mendidik/ pendidikan.
• Sedangkan menurut istilah ta’dib usaha untuk memperoleh suatu peradaban yang lebih baik. Ada ungkapan bahwa orang yang berpendidikan adalah orang yang berperadaban dan peradaban yang berkualitas adalah melalui pendidikan.
3. Ta’lim
• Menurut bahasa ta’lim berasal dari bahasa arab yaitu ‘Allama-yu’allimu-ta’liman yang berarti mengajar/pengajaran.
• Sedangkan menurut istilah berarti proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan tanpa adanya batasan.

Dari ketiga bahasan di atas dapat disimpulkan bahwa istilah tarbiyah lebih cenderung dikenal karena cakupanya lebih luas, tetapi ta’lim juga tetap punya peran karena dengan ta’lim maka tujuan tarbiyah bisa tercapai, begitu pula dengan ta’dib karena dengan ta’dib terjadilah perumusan arah dan tujuan. Sehingga antara tarbiyah, ta’dib dan ta’lim itu saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
 Arti Pendidikan Islam
• Esensi dari pendidikan dan pengajaran dalam islam meliputi dua hal yakni menjaga dan menumbuhkembangkan (membina)fitrah anak guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan di akhirat.
• Tiga pendekatan untuk memahami konsep pendidikan Islam :
1. Pendidikan sebagai pengembangan potensi yakni dengan atau melalui pendidikan anak didik dapat mengembangkan potensi yang ada dalam pribadi anak didik.
2. Pendidikan sebagai pewaris budaya yakni melalui pendidikan seorang pendidik harus bisa menjelaskan mengenai kekayaan budaya yang dimiliki agar anak didik bisa menjaga dan melestarikan kekayaan tersebut.
3. Pendidikan sebagai interaksi antara potensi dan budaya yakni dengan pendidikan bisa menciptakan hubungan antara potensi yang dimiliki anak didik dengan budaya yang ada.
Adalah pendidikan secara menyeluruh yang meliputi semua aspek untuk mengembangkan potensi jasmani, rohani maupun akal manusia baik yang berhubungan dengan pribadi atau individu maupun dengan social (masyarakat) dengan cara menerapkan asas-asas pendidikan islam yang meliputi :
• Pendidikan fitrah dan manusiawi
• Berorientasi pada nilai baik dan mashlahah
• Pendidikan sepanjang masa
• Memelihara internasionalisme
• Memelihara nuilai-nilai luhur dan mengembangkan nilai-nilai inovatif
Konsep-konsep kependidikan yang dimaksud merupakan hasil pemikiran, perenungan dan interpretasi pad ahli yang diinspirasikan dari Al-Qur’an dan As-Sunah, baik tentang konsep ontologi pendidikan, epistemologi pendidikan dan aksiologi pendidikan
 Sasaran Pendidikan Islam
Peserta didik yang dijadikan sebagai input pendidikan Islam melalui proses pendidkan yang didasari norma, nilai dan prinsip Islam yang nanti akan menjadikan out put/out come pribadi muslim yang bertaqwa.
 Kedudukan Ilmu Pendidikan Islam
Sebagai pembidangan ilmu agama Islam yang meliputi sumber ajaran Islam, Pemikiran dasar Islam, hokum Islam dan pranata social, sejarah dan perkembangan Islam, bahasa dan sastra Islam, Pendidkan Islam, dakwah Islam,perkembangan modern aatu pembaharuan dalam Islam.
 Pengertian Ilmu pendidikan Islam
Penfetahuan tentang pendidikan Islam yang menjelaskan suatu fenomena dan tersusun secara logis dan empiris.
 Kedudukan Ilmu Pendidikan Islam
a. Secara teoritis
• Sistematis
• Historis
b. Secara praktis
• Didaktik
• Administrasi
 Konsep Pembelajaran
Pembelajaran peserta didik yaitu individu yang memerlukan bimbingan dan bantuan pihak lain dalam proses pengembangan potensi dan pembentukan kepribadiannya.
 Ruang Lingkup Masalah pendidikan
 Masalah dalam pendidikan meliputi :
1. Masalah Fundansional
2. Masalah Stuktural
3. Masalah Operasional
Sedangkan bentuk dalam masalah pendidikan tersebut :
• lingkungan pendidikan keluarga
• lingkungan pendidikan sekolah
• lingkungan pendidikan luar sekolah
 Hakikat Manusia
1. Asal usul kejadian manusia
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang terbuat dari tanah dan diberi ruh. Pada hakikatnya, manusia dengan tanpa mengetahui sesuatu apapun maka, Allah member jalan pada manusia agar mereka bisa mendengar, melihat dan berpikir tentang sesuatu agar mereka mengetahui
2. Tugas dan tujuan hidup manusia
Tugas manusia sebagai hamba Allah wajib beribadah padaNya dan diberi kepercayaan menjadi kholifah di muka bumi untuk mengatur dan menjaganya.
3. Implikasi pedagogis
Untuk menjalankan fungsinya manusia diwajibkan memilki pengetahuan dan potensi yang cukup memadai. Melalui pendidikanlah, potensi dan pengetahuan itu didapat.
4. Konteks perkembangan manusia
Manusia bisa mendapatkan pendidikan dimanapun ia berada. Bisa hanya dengan kebetulan, sering atau kadang-kadang baik disengaja ataupun tidak dan dalam lingkup formal.informal maupun nonformal
5. Prinsip dasar pemikiran perkembangan manusia
Dalam perkembangannya, manusia dipengaruhi oleh bawaan dan lingkungan. Di samping itu, manusia juga mempunyai motivasi, kebutuhan serta perbedaan-perbedaan individual dan keinginan untuk selalu berubah, mengembangkan apa yang ada pada dirinya.

 Konsep Pendidik
Secara etimologi berasal dari Al-Mu’allim (guru), Al Mudarris (pengajar), al muaddid (pendidik) dan al walid (orang tua)
Secara epistimologi, pendidik adalah orang yang mempunyai tanggung jawab untuk membantu mengembangkan potensi yang ada pada peserta didik, bertujuan agar mencapai kehidupan yang lebih baik.
 Tugas Pendidik
Membuat suasana nyaman agar proses pendidikan berlangsung dengan lancar dan apa yang disampaikan mudah dimengerti oleh peserta didik. Di sampng itu pendidik hendaknya member contoh yang baik bagi peserta didiknya.
 Syarat Minimal Pendidik
Seorang pendidik harus mahir dalam bidangnya dan mampu menyampaikan ilmunya kepada orang lain.
 Pengembangan Profesionalisme Pendidik
Adapun asumsi yang dikembangkan seperti kepribadian, metode yang digunakan, hubungan dengan peserta didik dan kompetensi.
 Karekteristik Pendidik dalam Pendidkan Islam
Seorang pendidik perlu mempunyai karakter khusus dalam mendidik seperti menguasai ilmu dan mampu mentransformasikannya, mampu membantu mengembngkan potensi yanga ada pada peserta didik dan bisa menjadi tauladan.

Sabtu, 09 Juli 2011

Good Governance dan Kebohongan publik

Good Governance dan Kebohongan

Artikel 1 : Good governance adalah tata pemerintahan, penyelenggaraan pemerintahan atau pengelolaan pemerintahan, pemerintahan yang bersih. Konsep dalam governance adalah bagaimana cara suatu bangsa mendistribusikan kekuasaannya dan mengelola sumberdaya dan masalah yang dihadapi masyarakat. Dengan kata lain, dalam konsep governance terkandung unsure demokratis, adil, transparan, rule of law, participation dan kemitraan. Ada tiga pilar pokok yang mendukung kemampuan suatu bangsa dalam melaksanakan good governance, yakni : pemerintahan (the state), civil society masyarakat adab, masyarakat madani, masyarakat sipil), dan pasar atau sunia usaha. Penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bertanggung jawab baru tercapai bila dalam penerapan otoritas politik, ekonomi dan administrasi ketiga unsure tersebut memiliki jaringan dan interaksi yang setara dan sijernik. Intaraksi dan kemitraan seperti itu biasanya baru dapat berkembang subur bila ada kepercayaan (trust), transparasi, partisipasi, serta tata aturan yang jelas dan pasti. Good governance yang sehat juga akan berkembang sehat dibawah kepemimpinan yang berwibawa dan memiliki visi yang jelas.

Artikel 2 : Kebohongan selalu berawal dari sikap pamrih terhadap suatu hal atau kepentingan tertentu. Kebohongan dieksploitasi dan dikapitalisasi untuk mempertahankan kekuasaan. Para pelaku kebohongan ialah mereka yang bekerja sinergis untu mereduksi realitas otientik menjadi relitas semu (realitas yang direkayasa) dan mengubah kebenaran menjadi pembenaran. Dalam konteks ekonomi, warga Negara tidak menemukan penghidupan yang layak dan mensejahterakan karena didominasi dan dihegomoni kelompok elit. Warga Negara menjadi obyek eksploitasi. Sedangkan dalam konteks budaya, warga Negara tidak mendapatkan pendidikan, hak mendapatkan informasi, hak mengembangkan kebudayaan, dan hak mengembangkan potensi diri. Sebuah bangsa yang dikuasi rezim kebohongan telah kehilangan identitas dan karakter kebangsaannya. Lahirlah bangsa yang lembek dan gagal bersaing dengan bangsa lain. Kunci persoalaannya adalah bangsa semacam itu kehilangan martabat. Martabat yang dibangun dari integritas, komitmen, dan kemampuan yang telah digadaikan untuk meraih kepentingan pragmaatis-material. Ketika martabat hilang, sebuah bangsa hanya akan melahirkan pemburu kesempatan untuk nyantol di kekuasaan, secara politik maupun ekonomi.

Analisis : Telah dijelaskan pada artikel satu bahwa seperti polotik, ekonomi dan administrasi dapat berkembang subur bila ada kepercayaan, transparasi, partisipasi serta tata aturan yang jelas. Sedangkan pada artikel dua menjelaskan bahwa kenyataan dalam konteks ekonomi, dan budaya hak warga Negara belum terpenuhi, misalnya belum tercapainya kesejahteraan, belum mendapatkan pendidikan yang layak, dll. Untuk itu pemerintah harus benar-benar berusah mewujudkannya good governance tercapai di Indonesia. Pemerintahan jangan hanya membuat undan-undang saja tetapi juga harus merealisasikannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan baik. Pemerintahan juga harus transparan pada warga Negara, terutama menunjang soal administrasi Negara. Contoh : mengenai kejelasan penggunaan uang anggaran Negara dan semua kegiatan yang berhubungan dengan administrasi Negara. Pengetatan masalah penggunaan uang Negara juga perlu dilakukan, sebab selama ini di Indonesia banyak sekali orang-orang yang memakan uang Negara (para koruptor) yang tanpa perasaan mengambil yang bukan hak mereka. Mereka bahagia diatas penderitaan orang lain, mereka menutup matanya dan tidak melihat kondisi Negara yang sedang kacau, mereka tega mengambil hak yang bukan hak mereka, sehingga banyak masyarakat yang mengalami gizi buruk, busung lapar, dan tidak terpenuhi pendidikan secara layak.

Kamis, 07 Juli 2011

unsur dasar pendidikan

UNSUR DASAR PENDIDIKAN

Unsur-unsur Dasar Pendidikan Pendidik
 Pendidik
Tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran.Tiap orang yang sengaja menpengaruhi orang lain untuk mencapai kedewasaan juga disebut sebagai pendidik-pendidik tidak hanya dalam lingkungan formal missal sekolah.Pada satuan pendidikan dasar dan menengah disebut guru dan yang mengajar pada pendidikan tinggi disebut dosen.
 Kewajiban pendidik
Mendidik adalah tugas yang luhur, seorang pendidik harus mempunyai sifat sosial yang tinggi sehingga mampu menciptakan suasana pendidikan yang bermakna dan menyenangkan ,mampu menyesuiakan diri dan bersifat bijaksana yang dapat meningkatkan mutu pendidikan.
 Standar pendidikan nasional
Kritera minimal tentang sistim pendidikan yang berlaku di seluruh wilayah Indonesia,standar pendidikan merupakan syarat kelayakan fisik maupun mental dalam suatu pendidikan.
 Standar professional guru
a. Profesi merupakan suatu pekerjaan yang menuntut life skill dan tanggung jawab pada diri seseorang
b. Profesional merupakan suatu kinerja yang sesuai dengan profesi yang ditetapakn
c. Profesionalisme  Derajat kinerja / kealhian yang dimiliki seseorang ,yang melakukan profesinya sesuai dengan standar yang ditentukan
d. Profesionalisasi  proses dalam memfasilitasi seseorang untuk menjadi professional
 Standar Guru
Guru harus memiliki kualifkasi akademikdan kompetensi sebagai agen pembelajaran.tuntutan ini dimiliki setiap pendidik untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.Seorang pendidik harus memiliki kualfikasi akademik pada tingkat pendidikan untuk memenuhi peraturan yang diberlakukan dalam perundang-undangan
Pada satuan pendidikaan dasar,menengah,dan PAUD, seorang pendidik yang sebagai agen pembelajaran mampu menguasai kompentensi yang dalam pendidikan :
 Kompetensi pedagogic
 Kompetensi kepribadian
 Kompetensi professional
 Kompetensi social

UNSUR DASAR PENDIDIKAN PENDIDIK
 Pedagogik  berfikir secara dewasa
 Memahami landasan pendidikan
 Memahami dan mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan potensinya
 Mengembangkan kurikulum
 Merencanakan dan melaksanakan pembelajaran
 Merencanakan dan melaksanakan evaluasi pembalajaran
 Kepribadian
Berakhlak mulia, arif, bijaksana, berwibawa, stabil, dewasa, jujur, menjadi teladan, mengevaluasi kinerja sendiri.
 Social
Berkomunikasi lisan dan tulisan,menggunakan tekhnologi komunikasi dan informasi, bergaul secara efektif dan santun, semangat kebersamaan.
 Professional
 Konsep, struktur dan metode keilmuan yang menyatu dengan materi ajar.
 Materi ajar sesuai kurikulum
 Penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari
 Kompetisi secara profesional
 Berkepribadian unggul, bersemangat juang tinggi, mandiri, pantang menyerah, inovatif dan menjadi agen perubahan, produktif, sadar mutu, pembelajaran hayat.



KUALIFIKASI PENDIDIK
1. pendidikan akademik minimal D-IV atau S1
2. latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang dan tingkatan pendidikan (mulai usia dini sampai SMA )
3. sertifikasi guru PAUD, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK, SLB sesuai dengan tingkatan pendidikan.
Kualifikasi Pendidik pada Pendidikan Tinggi
1. lulusan D-IV atau sarjana S1 untuk program diploma
2. lulusan program magister (S2) untuk program sarjana (S1)
3. lulusan program doctor (S3) untuk program doctor (S3)
4. pendidik mata pelajaran agama memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai pasal 28 sampai 31
ASUMSI TENTANG PENDIDIK YANG EFEKTIF
 Kepribadian
 Metode mengajar yang baik yang ada dalam diri pendidik
 Suasana interaksi pendidik dan peserta didik yang dibuat sedemikian rupa ileh pendidik
 Professional
TIPE KINERJA GURU
 Guru pendaki
 Unggul dan Profesional, cirinya :
 Komitmen, kreatif, inovatif dan produktif
 Berorientasi sukses dan berani berkembang.
 Guru biasa
Cirinya :
- Cepat puas,kreatifitas dan inovatif rendah
- Mengajar sekedar menggugurkan kewajiban
 Guru pecundang
• Tidak ada komitmen dan tidak kompeten
Cirinya :
- Merasa sudah hebat,sombong dan meremehkan orang lain termasuk muridnya
- Bersikap keras untuk menutupi kelemahannya
- Tidak memiliki orientasi mutu dan kemajuan

FORMULA SUKSES
Kiat-kiat mencapai sukses
1 Mengajar dengan ikhlas
2 Memiliki kreaktifitas berfikir dan melakukan pembaruan terus menerus
3 Produktyitas membuat rencana dan menghasilkan karya yang bermanfaat
4 Memiliki kualitas yang tinggi
STANDAR LIFE SKILL
1 Menggunakan kepala untuk berfikir dalam mengelola pendidikan
2 Hati yang memiliki sikap peduli terhadap segala sesuatu yang ada disekitarnya terutama pendidikan
3 memiliki sebuah jati diri yang baik dan kesehatan diri

UNSUR –UNSUR DASAR PESERTA DIDIK
 Konsep pembelajaran = konsep=suatu pengertian umun yang harus dibedakan degan persepsi.Peserta didik adalah individu yang memerlukan bimbingan pihak lain untuk mengembagkan potensi dan pembentukan kepribadian
 Masalah peserta didik
Asal-usul kejadian manusia, tugas dan hidup manusia, implikasi pedagogis, konteks perkembangan manusia, prinsip dasar perkembangan manusia.
 Asal dan kejadian manusia
Asal kejadian manusia terdiri dari dua unsure : jasmani dan ruh, yaitu manusia diciptakan Allah dari tanah, kemudian Allah meniupkan ruh padanya. Dan Allah memberinya pendengaran, penglihatan, dan hati.
 Tugas dan tujuan hidup manusia
Manusia sebagai hamba Allah yaitu beribadah kepada-NYA, dan sebagai khalifah Allah, yaitu memakmurkan bumi. Tugas dan tujuan hidup itu merupakantujuan pendidikan.
 Implikasi pedagogis
Manusia mampu menjadi hamba dan khalifah jika mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki dan potensi yang dikembangkan melalui pendidikan.
 Konteks perkembangan manusia
Lingkungan tempat peserta didik belajarsecara insedental (kadang-kadang) eksidantal (kebetulan) dan intensional (sengaja dan dikehendaki). Sedangkan sekolah dengan tempat belajar dengan program yang ditetapkan secara sistematis. Pendidikan, tempat peserta didik menghayati niali-nilai yang implisit dalam pengetahuan.
 Pikiran tentang manusia
Manusia sebagai makhluk yang mulia,berfikir, memiliki dimensi jasmani, sifat luwes dan perkembangan manusia dipengaruhi oleh factor bawaan dan lingkungan.
UNSUR DASAR PENDIDIKAN KURIKULUM
 Kinsep kurikulum
Kurikulum adalah serangkaian program pendidikan yang tersusun secara sisitematis untuk mencapai tujuan pendidikan, atau seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara pembelajaran untuk mencapai tujuan.
 Kesatuan sistematik & interelasi kurikulum
1. Dimansi intruksi : kurikulum merupakan program yang meliputi materi dan metode pembelajaran yang kemudian mengadakan evaluasi
2. Dimensi filosofis : kurikulum terdari berbagi macam materi yang memiliki tujuan untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan dan kemudian mengadakan evaluasi.
 Asas pengembangan kurikulum
1. asas filosofis
2. asas psikologis
3. asas sosiologis
4. asas organisatoris
 pendekatan dalam pengembangan kurikulum
1. pendekatan subyek akademik
2. pendekatan humanistic
3. pendekatan tekhnologi
4. pendekatan rekontruksi sosial
 problem pengembangan kurikulum
1. konseptualisasi tujuan pendidikan
2. sumber, ruang lingkup (skopa), dan sistematika urut-urutan (sekuens) materi pelajaran
3. efektifas metode pembelajaran
4. ketetapan evaluasi
 konsep kompetisi
 menggambarkan kompetisi yang akan dicapai melalui sebuah kurikulum, yaitu : lulusan yang memiliki ketrampilan, seperti pengetahuan kognitif, bahasa komunikasi, memiliki wawasan keislaman, akhlakul karimah, kepribadian baik, skill serta memiliki kemampua untuk berkarya.
 Proses pengembangan kurikulum
1. merumuskan tujuan pendidikan
2. menyusun pengalaman belajar
3. mengelola pengalaman belajar
4. menilai pembelajaran

Poll

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

About Me

Foto Saya
sadamcenter
hidup adalah perjuangan, tiada hari tanpa belajar dan bekarja keras
Lihat profil lengkapku

Pengikut

Mengenai Saya

Foto Saya
solo n jogja tok, jateng ae, Indonesia
hidup adalah perjuangan, tiada hari tanpa belajar dan bekarja keras

About

Powered By Blogger