Kamis, 05 Januari 2012

PENDIDIKAN DAN AGAMA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latarbelakang Masalah
Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama, bahwasannya pendidikan merupakan suatu hal yang urgen dalam setiap kehidupan. Setiap agama mengajarkan perdamaian, kebersamaan sekaligus menebar misi kemaslahatan bagi lingkungan sekitarnya.
Dan kita sepakat bahwa untuk dapat membangun peradabanyang tinggi harus dimulai dengan memajukan pendidikan terlebih dahulu. Oleh karena itu maju tidaknya suatu Negara ditentuakanoleh tingkat kualitas pendidikan didalamnya. Semakin bagus mutu/kaulitas pendidikan suatu Negara maka semakin maju peradaban yang dibangunnya.
Pendidikan agama pun merupakan bagian pendidikan yang amat penting yang berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, antara lain akhlak dan keagamaan. Oleh karena itu pendidikan agama juga menjadi tanggaung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Makalah ini akan menguraikan tentang pendidikan dan agama. Akan tetapi di dalam makalah ini hanya membahas tentang pendidikan dan agama islam saja.

B. Rumusan Masalah
1. Hubungan pendidikan dan Agama Islam?
2. Keterkaitan antara agama dengan Teroris?


BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi pendidikan dan Agama Islam
Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha-usaha yang dilakukan nilai-nilai dan norma-norma tersebut serta mewariskannya kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam suatu masyarakat, di dalamnya berlangsung dan terjadi suatu proses pendidikan sebagai usaha manusia untuk melestarikan hidupnya.
Sedangkan Agama, Agama berasal dari bahasa sansekerta untuk menunjuk kepercayaan agama hindu dan Buddha. Dalam pekembangannya kata ini diserap kedalam bahasa Indonesia dan dipakai untuk menyebut kepercayaan yang ada di Indonesia secara umum. Agama berarti teks atau kitab suci. Pada umumnya agama-agama memiliki kitab suci. Selanjutnya dikatakan bahwa gam berarti tuntunan. Inti agama adalah adanya seperangkat aturan. Oleh karena itu setiap agama membawa ajaran-ajaran yang akan menjadi tuntunan hidup para pemeluknya (Harun Nasution, 1979:9; Quraish Shihab, 2001:2). Agama berasal dari kata A dan Gama. A diartikan dengan “tidak” dan gama di artikan dengan kocar-kacir atau berantakan. Jadi agama secara harfiah tidak berantakan atau hidup teratur. Agama yang dimaksudkan dalam arti ini adalah bahwa agama memberikan serangkaian aturan kehidupan kepada para penganutnya sehingga hidupnya tidak berantakan. Agama mengantarkan para pemeluknya kepada suatu cara hidup yang teratur. Sedangkan Agama islam dalam bahasa arab adalah dinul islam tersusun dari dua kata din dan islam. Kata din berasal dari kata dana-yadinu yang berarti: adat istiadat, peraturan, undang-undang, taat, patuh, pembalasan, mengesakan Tuhan, dan lain-lain. Menurut Rasyid Ridla kata din dalam QS, Ali imran, 3:19.
Harun Nasution mendefinisikan Agama sebagai ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui para Rasul-Nya.
Dalam arti yang lain Agama islam berasal dari bahasa arab slm. Artinya antara lain damai, suci, patuh, dan taat. Dalam pengertian agama, islam berarti kepatuhan terhadap kehendak Tuhan dan taat terhadap hukum-nya.
- Teori Asal Usul Agama
Ada dua cara pandang mengenai keberagaman manusia yakni pertama, satu pihak mengatakan bahwa agama merupakan keinginan Tuhan untuk menyelamatkan kehidupan manusia. Karena kasih-Nya itu, manusia ditunjuki jalan menuju keselamatan hidup. Dipihak lain agama merupakan cara manusia untuk mencari keselamatan dengan menyadarkan kehidupannya kepada kehendak Tuhan. Kedua, adanya pendapat yang menyatakan bahwa benih yang melahirkan agama adalah karena rasa takut yang menyertai hidup manusia. Agama bermula dari kebutuhan-kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi sepenuhnya di dunia ini. Kebutuhan dasar manusia (primitive) adalah keamanan terhadap berbagai ancaman, apapun bentuknya baik lahiriah ataupun rohanniah (R.H. Thouless, 1992: 105).
Teori asal-usul menurut Edward B. Taylor (1832-1917) asal mula religi atau agama adalah kesadaran manusia akan faham jiwa. Kesadaran akan faham jiwa ini disebabkan karena dua hal, yaitu: pertama, perbedaan yang Nampak antara hal-hal yang hidup dan yang mati. Perbedaan ini menyadarkan manusia akan adanya jiwa. Kedua, peristiwa mimpi. Dalam mimpi manusia melihat dirinya sendiri berada di tempat lain dan memilki kekuatan yang luar biasa.
M. Crawel. Teori asal usul agama yang dikemukakan Crawel disebut dengan teori masa krisis dalam hidup individu (Koentjaraningrat, 1980:220-222). Menurut Crawel manusia banyak mengalami situasi kritis dalam hidupnya. Ada perasaan takut yang menyertai manusia ketika melewati masa-masa itu. Situasi kritis itu antara lain berupa bencana sakit dan maut. Kritis-kritis semacam itu tidak bias diatasi dengan kepandaian, kekuasaan, dan kekayaan.

- Unsur-unsur Pokok Agama
Joachim Wach mengungkapkan tentang tiga unsure pokok ungkapan pengalaman keagamaan yaitu, ungkapan pengalaman keagamaan dalam bentuk pemikiran, tindakan, dan persekutuan. Penampakkan ungkapan pengalaman keagamaan yang bercorak tindakan terlihat dalam bentuk ritual atau peribadatan. Apa yang dipahami sebagai realitas tertinggi akan disembah melalui suatu tingkah laku pemujaan. Versi lain mengenai pokok-pokok agama adalah, meliputi:
a. Emosi keagamaan
Emosi keagamaan atau religious emotion merupakan suatu getaran jiwa yang muncul dalam diri seseorang sebagai respon terhadap kehadiran sesuatu yang luar biasa dalam dirinya. Emosi keagamaan mempuyai nilai suci atau sacred value.
b. System keyakinan
System keyakinan dalam suatu agama terwujud dalam pikiran dan gagasan manusia, yang menyangkut keyakinan dan konsepsi manusia tentang Tuhan. System keyakinan tersebut biasanya terkandung dalam kitab-kitab suci dan buku-buku keagamaan.
c. System ritus dan upacara keagamaan
Ritus atau upacara keagamaan biasanya berlangsung berulang-ulang pada waktu-waktu tertentu yang telah ditentukan. Suatu ritus keagamaan terdiri dari suatu kombinasi yang merangkaikan beberapa tindakan seperti berdo, bersujud, berkorban, makan bersama, puasa, dan lain-lain.
d. Peralatan dan tempat pelaksanaan ritus keagamaan
Dalam ritus dan upacara keagamaan biasanya dipergunakan macam-macam sarana dan peralatan, seperti tempat untuk pelaksanaan upacara (masjid, langgar, gereja, pagoda, dll) dan peralatan lainnya seperti edug, gong, gamelan suci, pakaian suci (jubah, mukena, dll). Tempat upacara merupakan tempat yang dikhususkan dan yang biasanya tidak boleh didatangi secara sembarangan.


e. Kelompok pemeluk
Kelompok pemeluk agama sering disebut umat. Pada kelompok pemeluk terlihat semua aktivitas keagamaan baik dari komponen yang berupa emosi keagamaan, keyakinan keagamaan, dan norma keagamaan, peribadatan atau ritul keagamaan, dan semua perlengkapan peribadatan. Dengan tidak adanya pemeluk agama atau penganut, suatu agama tidak ada artinya.
- Fitrah Manusia Beragama: Agama sebagai fenomena universal.
Dalam kenyataannya manusia membutuhkan agama dan agama mempunyai kedudukan yang penting dalam kehidupan manusia. Pada saat yang sama ketika realitas menunjukkan bahwa agama dipeluk oleh hampir seluruh umat manusia, dengan demikian agama merupakan fenomena yang bersifat universal. Menurut H.M. Rasyidi, bahwa agama adalah suatu hal yang disebut sebagai “problem of ultimate concern”, yaitu suatu problem mengenai kepentingan mutlak dari kehidupan manusia. Menurut Quraish Shihab keberagamaan adalah fitrah, yaitu sesuatu yang melekat pada diri manusia dan terbawa sejak kelahirannya.
- Komponen Pendidikan
a. Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama karena sebagian besar kehidupan anak berada di tengah-tengah keluarganya. Untuk mengoptimalkan kemampuan dan kepribadian anak, orang tua harus menumbuhkan suasana edukatif di lingkungan keluarganya sedini mungkin. Orang tua harus menyadari tanggung jawab terhadap anaknya, tanggung jawwab yang harus dilakukan orang tua antara lain:
- Memelihara dan membesarkannya
- Melindungi dan menjamin kesehatannya
- Mendidik dengan berbagai ilmu
- Membahagiakan kehidupan anak
Untuk melaksanakan berbagai tanggung jawab itu, dalam konsep pendidikan modern, orang tua seyogyanya bersikap demokratis terhadap anak. Artinya, orang tua mampu menciptakan suasana dialogis dengan anak, sehingga dapat menumbuhkan hubungan keluarga yang harmonis, saling menghormati, disiplin, dan tahu tanggung jawab masing-masing .
b. Lingkungan Sekolah
Sekolah adalah lembaga pendidikan yang secara resmi menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara sistematis, berencana, sengaja, da terarah yang dilakukan oleh pendidik professional. Sekolah hanya meneruskan dan mengembangkan pendidikan yang telah diperoleh di lingkungan keluarga sebagai lingkungan pendidikan informal yang telah dikenal anak sebelumnya. Sekolah memiliki tanggung jawab yang besar terhadap berlangsungnya proses pendidikan, yang dibagi dalam tiga kategori, yaitu:
- Tanggung jawab formal
- Tanggung jawab keilmuan
- Tanggung jawab fungsional
Sekarang ini penyelenggaraan pendidikan di sekolah didasarkan pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang diartikan sebagai perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai oleh peserta didik. KBK dilaksanakan sesuai dengan jenjang pendidikannya, yaitu TK dan RA, SD dan MI, Sekolah Menengah, dan Lingkungan Masyarakat. Untuk mengoptimalkan kemampuan, bakat, minat, dan kepribadian peserta didik, dibutuhkan pendidikan yang mendukung. Artinya, lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat harus seimbang dan saling bekerjasama dengan baik, sehingga tujuan dari pendidikan secara utuh dapat dengan optimal.
c. Masyarakat
Ditinjau dari lingkungan pendidikan, masyarakat disebut sebagai lingkungan pendidikan nonformal yang memberikan pendidikan secara sengaja dan berencana kepada seluruh anggotanya, tetapi tidak sistematis. Masyarakat, besar pengaruhnya dalam memberi arah terhadap pendidikan anak.
Untuk mengoptimalkan kemampuan, bakat, minat, dan kepribadian peserta didik, dibutuhkan pendidikan yang mendukung. Artinya, lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat harus seimbang dan saling bekerjasama dengan baik, sehingga tujuan dari pendidikan secara utuh dapat dengan optimal.
2. Hubungan pendidikan dan Agama Islam
Sedangkan hubungannya dapat kita fahami dari pengertian pendidikan islam itu sendiri. Pendidikan Agama islam mempunyai berbagai pengertian yaitu, pendidikan agama islam ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life). Agama mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia pancasila sebab agama merupakan motivasi hidup da kehidupan serta merupakan alat pengembangan dan pengendalian diri yang amat penting. Oleh karena itu agama perlu diketahui, dipahami, dan diamalkan oleh manusia Indonesia agar dapat menjadi dasar keperibadian sehingga ia dapat menjadi manusia yang utuh.
Pendidikan agama merupakan bagian pendidikan yang amat penting yang berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, antara lain akhlak dan keagamaan. Oleh karena itu pendidikan agama juga menjadi tanggaung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Dan tujuan pendidikan Agama islam merupakan suatu upaya untuk membangkitakan intuisi agama dan kesiapan rohani dalam mencapai pengalaman transcendental. Dengan demikian tujuan utamanya bukanlah sekedar mengalihkan pengetahuan dan keterampilan (sebagai isi pendidikan), melainkan lebih merupakan suatu ikhtiar untuk menggugah fitroh insaniyah, sehingga peserta didik bisa menjadi penganut atau pemeluk agama yang taat dan baik (muslim paripurna). Sedangkan pendidikan pada umunya, bertujuan lebih menitiberatkan pada pemberian pengetahuan dan keterampilan khusus dan secara ketat berhubungan dengan pertumbuhan serta pemilihan areal kerja yang diperlukan dalam masyarakat.
3. TERORISME
Menurut konfensi PBB tahun 1937, terorisme adalah segala bentuk tindak kejahatan yang ditujukan langsung kepada negara dengan maksud menciptakan bentuk teror terhadap orang-orang tertentu atau kelompok orang atau masyarakat luas. Sedangkan US Department of Defense tahun 1990 mendefinisan terorisme sebagai perbuatan melawan hukum atau tindakan yang mengandung ancaman dengan kekerasan atau paksaan terhadap individu atau hak milik untuk memaksa atau mengintimidasi pemerintah atau masyarakat dengan tujuan politik, adama atau idiologi. TNI-AD, berdasarkan Bujuknik tentang anti teror tahun 2000 memandang terorisme sebagai cara berfikir dan bertindak yang menggunakan teror sebagai teknik untuk mencapai tujuan .
Persoalan lain ynag dikemukakan disini adalah bahwa fenomena atau gejala yang diidentifikasikan sebagai gerakan teroris itu muncul ditengah hegemoni Barat dalam hamper semua bidang. Sementara disisi lain kalau benar praktek tersebut dilakukan oleh kelompok islam militant, hal itu dilakukan oleh kelompok minorotas yang secara politis tertindas dan sedang memperjuangkan eksistensi diri dan kelompoknya.
Definisi diatas adalah definisi terorisme dalam perspektif penguasa dan melupakan bentuk” teror” yang bias jadi dilakukan oleh penguasa atau Negara itu sendiri terhadap rakyatnya. Eqbal Ahmad dalam bukunya terorism: Theirs and Ours (Toerorisme: Mereka dan kita), membagi terorisme menjadi lima tipe: terorisme Negara, terorisme agama, terorisme politik, terorisme oposisi dan terorisme criminal. Kelima terorisme ini bisa saling bertemu dan tumpang tindih satu sama lain.
Semua orang pasti akan sepakat untuk mengutuk setiap aksi terorisme yang dilakukan dengan menggunakan justifikasi apapun karena aksi tersebut bertentangan dengan nilai-nilai dasar kemanusiaan. Akan tetapi, harus jelas dulu siapa yang dianggap teroris dan atas dasar apa seseorang melakukan kekerasan. Karena seseorang atau kelompok tertentu pada satu sisi dianggap teroris tapi disisi yang lain dianggap pahlawan, tergantung siapa yang mengatakannya. Aksi kekerasan pernah menjadi lembaran hitam sejarah agama-agama di dunia dan menegaskan bahwa aksi terorisme dalam sejarah peradaban islam adalah fakta historis yang merupakan “kecelakaan” sejarah dan harus diakui bahwa hal tersebut pernah terjadi. Namun aksi kekerasan tidak hanya dapat dilekatkan pada tradisi peradaban islam, karena hal tersebut juga pernah terjadi bahkan dilakukan hingga kini oleh dan terhadap agama-agama lain di dunia. Pada kenyataannya secara akademik aksi teror pertama yang tercatat juga bukan dilakukan oleh seorang muslim, tapi oleh kelompok Hindu-Tamil di Srilangka. Kegiatan teror dalam sejarah juga tak selalu melekat pada agama.


DAFTAR PUSTAKA

Abdalati, Hammudah. 1981.Islam Dalam Sorotan. Surabaya: PT bina ilmu.
Abdul Ghofur,Waryono. Tafsir Sosial Mendialogkan Teks Dan Konteks. Yogyakarta:eLSAQpress.2005
Cholil, Suhadi. 2008. Resonansi “Dialog Agama dan Budaya”. Yogyakarta: CRCS.
Daradjat, Zakiah, dkk..2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Ihsan, Fuad. 2005. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sudrajat, Ajat, dkk.. 2008. Din Al-Islam Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum. Yogyakarta: UNY Press.
Suwarno, Wiji. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

0 komentar:

Posting Komentar

Poll

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

About Me

Foto Saya
sadamcenter
hidup adalah perjuangan, tiada hari tanpa belajar dan bekarja keras
Lihat profil lengkapku

Pengikut

Mengenai Saya

Foto Saya
solo n jogja tok, jateng ae, Indonesia
hidup adalah perjuangan, tiada hari tanpa belajar dan bekarja keras

About

Powered By Blogger