PROSES PSIKOLOGIS DASAR:
BERPIKIR , BAHASA, DAN INTELIGENSI
BERPIKIR
Pengertian
Tidak ada spesies lain yang dapat berkontemplasi, menganalisa, merekoleksi ataupun membuat rencana seperti yang dilakukan manusia. Meski demikian, mengetahui bahwa kita berpikir dan memahami apa yang dimaksud dengan berpikir merupakan dua hal yang berbeda. Bagi para ahli psikologi, berpikir adalah manipulasi representasi mental dari informasi. Representasi tersebut dapat berupa kata-kata, kesan visual, suara atau data pada suatu modalitas lain. Apa yang terjadi dalam berpikir adalah mengubah representasi informasi ke dalam bentuk yang baru dan berbeda yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan, memecahkan masalah atau mencapai tujuan tertentu.
Elemen Dasar Dalam Berpikir
- mental images
adalah representasi dalam pikiran yang menyerupai objek atau peristiwa yang direpresentasikan. Mental images tidak hanya berupa representasi visual; kemampuan kita untuk mendengarkan nada juga mendasari mental images. Dalam kenyataan, adalah mungkin bahwa setiap modalitas sensoris menghasilkan mental images yang saling berhubungan. Produksi mental image telah digunakan sebagian orang sebagai cara untuk meningkatkan performa berbagai ketrampilan. Sebagai contoh, beberapa atlit menggunakan mental imagery ketika berlatih.
- konsep
adalah kategorisasi objek, peristiwa, atau orang yang memiliki karakteristik umum. Dengan menggunakan konsep kita mampu mengorganisir fenomena kom pleks menjadi kategori kognitif yang lebih sederhana sehingga mudah digunakan. Konsep memungkinkan kita mengklasifikasi objek baru berdasar pengalaman masa lalu. Selanjutnya, konsep juga mempengaruhi perilaku. Sebagai contoh, kita akan setuju memelihara hewan setelah menentukan bahwa hewan tersebut adalah anjing. Kita akan menunjukkan sikap yang berbeda jika hewan tersebut adalah serigala.
- penalaran
adalah proses dimana informasi digunakan untuk menarik kesimpulan dan mengambil keputusan. Ada dua bentuk utama penalaran, yaitu deduktif dan induktif. Penalaran deduktif adalah suatu bentuk penalaran dimana orang menarik kesimpulan dan implikasi dari sejumlah asumsi dan menerapkannya pada kasus-kasus spesifik. Penalaran induktif adalah proses penalaran dimana aturan umum ditarik dari kasus-kasus spesifik, dengan menggunakan pengetahuan, pengamatan, pengalaman dan keyakinan.
Hambatan Dalam Berpikir
Berpikir mempunyai kemungkinan untuk keliru. Kekeliruan ini karena adanya hambatan-hambatan yang menghalangi orang untuk melihat realitas yang sebenarnya. Ini misalnya:
- berpegang teguh pada pikiran-pikiran lama
berpegang teguh pada pikiran lama, kebiasaan dan tradisi yang berlaku, merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan pikiran menjadi statis dan tidak mau menerima pikiran-pikiran baru yang dikemukakan padanya.
- tidak cukup data
tidaklah mudah bagi seseorang untuk dapat berpikir secara benar tentang suatu hal apabila ia tidak mempunyai data dan informasi yang cukup yang diperlukannya mengenai objek yang dipikirkannya itu.
- sikap memihak yang emosional dan apriori
kecenderungan dorongan, emosi, dan perasaan seseorang berpengaruh terhadap pemikirannya.
BAHASA
Bahasa merupakan bagian penting pada proses-proses kognitif. Susah membayangkan bagaimana sebuah peradaban tanpa bentuk bahasa.
Ada tiga aspek bahasa, yaitu language comprehension, reading dan language production.
Language Comprehension (Pemahaman Bahasa)
Proses memahami bahasa, sering disebut sebagai language comprehension, melibatkan penggunaan pengetahuan yang disimpan untuk menginterpretasi input baru. Individu dalam mendengar satu set suara dan mengolah untuk dibuat menjadi bermakna menggunakan pengetahuannya yang luas tentang suara, kata-kata, aturan bahasa dan dunia sekitarnya.
Proses yang terjadi dalam language comprehension
1. Speech Perception (persepsi kata) mengacu pada proses dimana sistem auditori pendengar mengubah getaran suara menjadi rangkaian suara yang kemudian dipersepsikan sebagai kata-kata.
2. constituent structure: pemahaman terhadap rangkaian kata-kata (kalimat) secara keseluruhan dengan menghilangkan sebagian kata-kata yang tidak perlu tanpa mengubah maknanya. Konteks dalam proses ini sangat membantu dalam memaknai rangkaian kata (kalimat) tersebut.
3. transformational grammar: Chomsky berpendapat bahwa orang dalam memahami kalimat melakukan transformasi struktur permukaan kalimat ke dalam bentuk struktur dasar yang lebih dalam, yaitu makna abstrak dari suatu kalimat. Dua kalimat yang berbeda struktur permukaannya kemungkinan memiliki struktur dalam (makna) yang sama. Sebaliknya, dua kalimat yang sama struktur permukaannya boleh jadi memiliki makna yang berbeda.
Kalimat akan lebih sulit dipahami jika:
- kalimat negatif, yaitu mengandung kata tidak
- berbentuk pasif
- ambigu, mencakup a) leksikal yaitu jika satu kata memiliki makna beragam, b) struktur permukaan kalimat dimana kata-kata dapat dikelompokkan dengan cara lebih dari satu, dan c) struktur dalam, yaitu relasi logis antar phrase dapat diinterpretasikan dua makna
Reading
Selama membaca ada proses saccadic eye movement yaitu gerakan mata dari satu titik ke titik lain. Hal ini harus dilakukan agar retina terfokus pada posisi kata yang dibaca sehingga diperoleh penglihatan yang jelas. Hasil penelitian menunjukkan rentang huruf yang bisa terbaca secara jelas adalah empat di kiri dan delapan di kanan mata. Pembaca yang baik dapat melakukan saccadic eye movement dengan rentang yang lebar, berhenti sebentar, dan jarang kembali ke titik awal
Language production
Perkembangan Bahasa
Penelitian dalam perkembangan bahasa akhir-akhir ini menemukan pola perkembangan yang sama, yaitu dari kemampuan umum menuju pada kemampuan yang lebih spesifik.
Tahap- tahap yang dilalui adalah
- Cooing (menggumam): ini terjadi pada masa bayi, yaitu bayi mengeluarkan suara-suara yang mencakup semua fonem yang mungkin ada. Suara-suara tersebut sama pada bayi dan bahasa yang berbeda, mencakup pula bayi yang tuli.
- Babbling (meraban): terjadi pada bayi berusia sekitar 6 bulan; bayi mampu mengeluarkan fonem yang menonjol yang menandai bahasa utama bayi
- One-word utterance: bayi usia 6 bulan – 1 tahun menggunakan satu kata untuk menyampaikan maksud, keinginan, maupun tuntutannya. Biasanya berupa kata benda yang menggambarkan objek-objek yang dikenalnya melalui pengamatan
- Two word-utterance dan telegraphic speech: secara bertahap, pada usia 1,5 – 2,5 tahun, anak dalam berkomunikasi mulai mengkombinasikan kata-kata tunggal untuk menghasilkan ucapan dua kata. Pada tahap ini sering terjadi overextension errror yaitu kesalahan penerapan kosa kata dalam menyatakan sesuatu pada situasi yang berlainan karena keterbatasan kosa kata anak.
- Basic adult sentence structure: anak usia 3-4 tahun sudah mampu berkomunikasi dalam bentuk kalimat yang lengkap
Bagaimana manusia memperoleh kemampuan berbahasa? Pertanyaan ini dapat dijawab dengan berbagai perspektif. Menurut Chomsky seorang tokoh ahli bahasa menyatakan bahwa pada diri manusia sudah ada kemampuan bawaan untuk berbahasa yang disebut LAD (Language Acquisition Device)
Dalam perspektif yang menekankan pengaruh lingkungan, kemampuan berbahasa dapat diperoleh karena proses imitasi dan modeling.
INTELIGENSI
Pengertian
Inteligensi memiliki makna yang berbeda-beda tergantung pada konteks budaya/lingkungan. Stenberg meneliti konsep inteligensi menurut orang awam adalah kemampuan problem solving, kemampuan verbal dan kompetensi sosial. Pengertian yang diambil oleh para psikolog: inteligensi adalah kemampuan untuk memahami dunia sekitar, berpikir rasional, dan menggunakan sumber daya secara efektif ketika menghadapi tantangan (Wechsler, 1975). Ini adalah definisi yang paling sering digunakan.
Pendekatan
Untuk memahami hakekat inteligensi, perlu memahami pendekatan umum:
- Pendekatan belajar
pendekatan ini lebih menekankan pada perilaku yang tampak. Bahwa inteligensi bukan sifat kepribadian tetapi merupakan kualitas hasil belajar. Perilaku yang inteligen adalah yang berisi proses belajar pada level fungsional tingkat tinggi
- Pendekatan biologi
inteligensi memiliki dasar anatomis dan biologis. Perilaku yang dapat ditelusuri dari dasar-dasar neuro-anatomis dan proses neurofisiologisnya. Misal membandingkan otak orang biasa dengan otak orang cerdas. Hasilnya ditemukan bahwa ada “brain efficiency”, yaitu otak yang efisien memiliki banyak asosiasi antara neuron satu dengan yang lain, mengalamipemangkasan pada cabang-cabang neuron yang tidak diperlukan, aksonnya lebih besar dan myelin yang melapisinya lebih tebal
- Pendekatan psikometri
inteligensi merupakan suatu konstruk hipotetis. Misal inteligensi dirumuskan sebagai kemampuan umum umum terutama yang berkaitan dengan ingatan dan penalaran dalam mempelajari dan menghadapi masalah baru. Pendekatan ini melahirkan tes-tes psikologi sehingga lebih bersifat kuantitatif
- Pendekatan perkembangan
pendekatan perkembangan lebih menekankan perkembangan inteligensi secara kualitatif dalam kaitannya dengan tahap-tahap perkembangan biologis individu. Tokohnya antara lain Piaget yang melihat adanya perbedaan kualitatif dalam cara berpikir anak pada masing-masing kelompok usia.
Ke-empat pendekatan di atas tidak terpisah secara eksklusif akan tetapi saling tumpang tindih sampai pada taraf tertentu.
Teori-Teori Inteligensi
Dari beberapa pendekatan melahirkan teori-teori inteligensi, misal yang dikemukakan oleh :
- Binet, bahwa inteligensi merupakan faktor tunggal dan karakteristik yang terus berkembang sejalan dengan proses kematangan
- Thorndike: inteligesi adalah kemampuan abstraksi, mekanik dan sosial
- Spearman: inteligensi terdiri dari kemampuan umum (g factor) dan kemampuan khusus (s factor)
- Thurstone & Thurstone: inteligensi terdiri dari enam unsur kemampuan,yaitu 1)verbal, 2) Numerik; 3)Spasial; 4)Word Fluency; 5) Memori; 6) Reasoning
- Guilford: mengemukakan model SOI (Structure Of Intellect) yang digambarkan dalam bentuk kubus. Inteligensi terdiri dari tiga dimensi, yaitu isi, operasi, dan produk. Isi menunjuk pada tipe informasi yang meliputi figural, simbolik, semantik dan behavioral. Operasi menunjuk pada cara pemrosesan informasi, meliputi kognisi, memori, produksi konvergen, produksi divergen dan evaluasi. Produk menunjuk pada hasil pemrosesan yang dilakukan oleh dimensi operasi terhadap isi informasi, meliputi unit, kelas, relasi, sistem, transformasi dan implikasi.
- Howard Gardner: mengemukakan teori inteligensi ganda (multiple intelligence); bahwa kita memiliki tujuh macam kecerdasan yang satu sama lain relatif independent, yaitu inteligensi musik, kinesthetik, logika-matematika, bahasa, spasial, interpersonal dan intrapersonal.
- Sternberg: mengemukakan Teori Inteligensi Triarkhis; bahwa ada tiga aspek utama dalam inteligensi, yaitu componential, experiential, dan contextual. Aspek komponen berfokus pada komponen mental yang terllibat dalam analisa informasi untuk memecahkan masalah. Sebaliknya, aspek pengalaman berfokus pada bagaimana pengalaman seseorang mempengaruhi inteligensi dan bagaimana menggunakan pengalaman masa lalunya tersebut untuk problem solving. Aspek kontekstual menunjuk pada tingkat keberhasilan seseorang dalam menghadapi tuntutan lingkungan sehari-hari.
Pengukuran Inteligensi
Pengukuran inteligensi menghasilkan skor yang disebut IQ (Inteligence Quotient). Hal ini dipelopori oleh Binet yang menciptakan tes inteligensi formal yang pertama. Binet merancang tes tersebut untuk mengidentifikasi murid-murid yang bodoh di sekolah-sekolah Paris untuk diberikan bantuan remedial. Binet memulainya dengan memberikan tugas-tugas pada siswa-siswa yang seusia yang telah dilabel bodoh dan pintar oleh guru-guru mereka. Jika satu tugas hanya dapat diselesaikan dengan baik oleh murid yang pintar saja, dia menetapkan tugas tersebut layak untuk dijadikan item tes. Pada akhirnya dia berhasil menyusun alat tes yang mampu membedakan anak yang pintar dengan yang bodoh, bahkan lebih lanjut dapat membedakan kemampuan anak-anak dari kelompok usia yang berbeda.
Skor inteligensi yang diperoleh menggunakan rumus:
IQ = MA / CA x 100
MA: Mental Age, yaitu rerata usia anak didasarkan pada kemampuan mengerjakan seluruh soal tes.
CA: Chronological Age, yaitu usia anak berdasar kalender.
Perkembangan selanjutnya, untuk menentukan IQ seseorang dengan melihat seberapa besar penyimpangan dari rerata (Standard Deviation)
Persoalan dalam pengukuran inteligensi
Tes inteligensi banyak dikritik karena dianggap bias budaya; bahwa tes inteligensi yang disusun lebih berdasarkan populasi kulit putih kelas menengah ke atas. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan disusunnya tes inteligensi bebas budaya (Culture Fair Inteligence Test). Namun demikian penyusunan tes inteligensi yang bebas budaya juga sulit bahkan tidak mungkin karena individu dari kelompok budaya yang berbeda mempunyai konsep yang berbeda pula mengenai kecerdasan.
Selain persoalan bias budaya, tes inteligensi yang ada sampai saat ini belum mampu mengukur semua kemampuan yang ada pada manusia. Tes-tes yang pernah disusun hanya mengukur sebagian kemampuan saja.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi IQ
Skor IQ dapat berubah karena berbagai sebab. Perubahan terjadi karena alasan teknis yang berhubungan dengan konstruksi tes. Namun demikian, pada kasus lain, perubahan IQ kemungkinan mencerminkan perubahan riel dari kemampuan yang dinilai. Skor kadang berubah karena ada perubahan-perubahan besar dalam kehidupan, seperti penyakit atau pertikaian keluarga. Karena tidak semua anak bereaksi secara sama terhadap pengalaman yang penuh stress, maka sulit menilai pengaruh peristiwa-peristiwa tersebut terhadap inteligensi.
Perubahan dalam IQ juga berhubungan dengan faktor kepribadian, dimana agresivitas, kemandirian dan kompetisi merupakan karakter yang menonjol pada anak-anak yang menunjukkan kenaikan IQ bila dibandingkan dengan anak yang menurun IQnya.
Terkait dengan gender, tidak ada perbedaan IQ pada kemampuan umum. Tetapi untuk kemampuan khusus, perempuan lebih baik dalam tugas-tugas verbal. Sementara itu, laki-laki lebih baik dalam mengerjakan tugas-tugas numerik dan spasial. Sumber perbedaan itu kemungkinan lebih karena budaya yang mencerminkan perbedaan cara mengasuh anak dan perbedaan harapan terhadap kemampuan yang harus dicapai oleh masing-masing jenis kelamin. Sebagai pendukung dari penafsiran ini, sifat yang berhubungan dengan naiknya IQ dan dengan kesuksesan memecahkan masalah adalah sifat-sifat yang dianggap maskulin dalam budaya Barat.
Ada beberapa studi pengaruh deprivasi sosial terhadap IQ tetapi hasilnya sulit diinterpretasi. Tidak semua anak yang ada dilingkungan yang terdeprivasi menunjukkan defisit IQ. Kesulitan juga muncul dalam menspesifikasi aspek deprivasi sosial mana yang penting, yaitu apakah kualitas sosial pengasuhan ibu, aspek sensoris dari stimulasi, timing input, dan lain-lain. Akhirnya, andaikata karakter sesungguhnya dari komponen deprrivasi diketahui, tetap tidak diketahui apakah pengaruh deprivasi itu reversibel.
Ada hubungan moderat antara status sosial ekonomi dengan IQ. Tiga hipotesis yang menjelaskan hubungan ini adalah: 1). Kemungkinan adanya bias budaya dalam tes; bahwa tes yang disusun lebih menguntungkan individu yang berasal dari kelas menengah ke atas. 2). Perbedaan lingkungan antar status sosial ekonomi. 3). Perbedaan genetik. Tampaknya ada kecenderungan bahwa ketiga faktor itu penting sampai pada tingkat tertentu. Harus ditekankan bahwa hubungan IQ dengan status sosial ekonomi hanya moderat dan bahwa individu baik yang berIQ tinggi maupun rendah dapat ditemukan pada status sosial ekonomi manapun.
Selanjutnya adalah faktor herediter. Dasar fisik bagi berfungsinya inteligensi ditemukan pada materi genetis yang mengarahkan perkembangan sistem syaraf. Studi kemiripan IQ pada kembar identik, kembar fraternal dan saudara kandung lainnya menunjukkan bahwa baik faktor keturunan dan kondisi lingkungan mempengaruhi inteligensi
0 komentar:
Posting Komentar