Rabu, 06 Juli 2011

Dasar moral

1. Dasar moral

Moral adalah suatu tindakan manusia yang bercorak khusus yaitu yang didasrkan pada pengertianya mengenai baik-buruk, sebenarnya masalah yang membedakan manusia daripada mahluk tuhan lainnya dan menempatkannya bila telah menjadi tertib pada derajat diatas mereka.

Manusia itu ada sebagaimana juga benda-benda lain itu ada. Namun keberaaannya tidak sama dengan keberadaan benda-benda, jadi ia mempunyai cara sendiri didalam beradanya di alam ini.al ini disebabkan karena pada diri manusia ada daya inisiatifdan kreatif. Inilah keajaiban manusia seperti yang difirmankan Allah SWT dalam surat AT-Tin ayat 4:

Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .

Sebenarnya sesuatu apakah yang menjadikan manusia dinyatakan lebih baik dari mahluk lain?

Sigmund freud dalam menganalisa pribadi manusia berpendapat bahwa pribadi manusia mempunyai 3 unsur kepribadian, yaitu Id- Ego- Super ego

Id adalah sumber segala naluri atau nafsu semuanya berada dalam alam ketidak sadaran (bawah sadar). Tujuannya adalah pemuasan jasmaniyah, dia tidak mengenal nilai, terutama nilai moral, oleh karenanya disebut sifat immoral.

Ego adalah tempat dimana segala daya-daya yang dating dari Id maupun superego dianalisa, dipertimbangkan, untuk kemudian ditiadakan/ tindakan, ini merupakan pihak pengontrol, jadi disini seseorang itu sadar terhadap kemauan Id atau Superego maka dapat memperhatikan dan mempertimbangkan realitas dunia luar.

Superego adalah sumber segala niali, termasuk nilai moral disini iapun sebagaimana Id, berada dalam alam bawah sadar. Hanya saja ia lebih menuju kepada primsip kesempurnaan rohaniyah karena bersifat Idiil.

Sebagai hasil terhadap uraian diatas, sehubungan dengan dasar moral tertunjuklah sudah bahwa moral itu bersumber pada sumber ego demikian menurut freud.

Skema pribadi menurut freud

Id

Ego

Super ego

- naluri/ instrinsik/ nafsu immoral prinsip bawah sadar kejasmanian

- cathexis

- tingkah laku implisit

- irrasional(memaksa ego untuk melihat dunia seperti yang diinginkan)

- penimbangan prinsip kenyataan sadar

- chatexis & anti chat

- tingkah laku jaklijk

- rasional

- dorongan moral prinsip kesempurnaan bawah sadar kerohanian

- cathexis & anti cathe

- tingkah laku idealistis

- irrasional (memaksa ego untuk melihat dunia dalam bentuk yang seharusnya)

2. proses tindakan moral

pada pasal ini telah kami singgung bahwa Id, Ego dan Superego tidak lebih dari wadah dimana terjadi pertempuran daya-daya yang disebut cathexis dan anti cathexis dalam memperbutkan kemenangan cathexis dan anti cathexis biasa di sebut dengan kemauandan kalau akhirnya orang bertindak dengan sadar karena dorongan daya diatas maka kemauan berubah menjadi niat(kemauan sadar).

Bagaimanakah proses terwujudnya perbuatan?

Prof. Mukhtar Jahja mengemukakan bahwa untuk gerak laku manusia diperlukan:

1. panca indra yaitu alat untuk mengamati dan menangkap perangsang dari luar.

2. syaraf yaitu alat penghubung semua anggota badan, alat pengantar dunia dalam dengan dunia luar dan pengenal rangsang

syaraf ini dibagi 3

a. syaraf pusat yaitu pengenal dan pemikir rangsang

b. syaraf simpatis yaitu pengatur pekerjaan jeroan

c. syaraf tepi yaitu penyampai kesan pengamatan ke otak dan penyampai perintah otak keanggota tubuh

3. urat daging (spier) yaitu alat pelaksana perintah ke otak

ketiga macam onderdil gerak manusia ini saling bekerja sama,saling mengisis, guna terwujudnya perbuatan, betapapun panca indra menangkap perangsang luar jika pusat syaraf tidak sadar akan hal tersebut mustahil terjadi reaksi-refleksi (pemikiran). Tapi walaupun sudah terfikirkan, namun bila urat daging tidak bisa bekerja lagi maka akan menghasilkan hal yang serupa.

Alat gerak manusia

4. Etika sebagai Pangkal dan Tujuan Pendidikan Pribadi

Mendidik jiwa itu adalah suatu keharusan seperti halnya Id, daya pendorong atau penekan superego yang berupa kemauan juga sangat penting untuk dididik. Penekanan di sini adalah menyetop pelaksanaan dorongan Id secara kebebasan tanpa memperhitungkan efaknya. Pada usia dini (masa kecil) pendidikan biasanya berupa pemberian contoh-contoh atau latihan-latihan, dan setelah dewasa mereka tinggal mengeembangkannya sendiri, jadi setelah dewasa mereka diberi kebebasan yang bertanggung jawab dalam menentukan langkahnya sendiri.

Kemauan jika tidak dipelihara dan juga tidak dibina akan berakibat hilangnya suatu hasrat dalam mencapai sesuatu dan berlanjut hilangnya harapan atau cita-cita. Jika dibiarkan maka akan melenyap peranan dan kelebihannya dengan makhluk Tuhan lainnya. Hasrat sendiri adalah suatu selera atau naluri dari keadaan sadar.

Kita tidak baik memusnahkan Id, memusnahkan Id akan berdampak tidak baik karena Id adalah kodrat alami maunusia. Keberhasilan dalam menjaga diri akan menimbulkan rasa puas dan jika gagal menjaganya maka akan merasa kecewa dan menyesal. Rasa puas dan kecewa adalah manifestasi dari terlaksana/tidaknya dorongan Id. Kedua hal tersebut bukanlah sebab daripada hasrat melainkan merupakan akibat daripadanya. Oleh karena itu, kita tidak menghendaki sesuatu karena ia memberikan kepuasan pada kita, tetapi, ia memberikan pada kita kepuasan karena kita menghendakinya.

Seandainya manusia tidak mempunyai kemauan yang bebas, maka dapat masuk dalam kategori aliran "Determinisme" yaitu semua sikapnya baik berpikir maupun berbuat akhirnya tunduk kepada penyebabnya. Sehingga ia tidak punya suatu pilihan ia juga tidak dapat dikatakan patuh atau membandel terhadap suatu aturan untuk dikenakan sanksi. Walaupun aliran Determinisme berdampak negatif, di satu sisi aliran ini membuat rancangan kehidupan moral yang lebih baik. Aliran ini mengajarkan untuk tidak memandang rendah atau marah kepada seseorang. Contohnya; kita menghukum penjahat, tapi tanpa rasa benci. Kita mengampuninya sebab tahu bahwa yang sebenarnya ingin ia lakukan tidak seperti itu.

Dalam kalangan orang muslim ada golongan yang berpaham Determinisme yaitu : Jabariyah, yang menganggap. Tuhanlah yang berkehendak bebas, dan manusia hanya mengikuti nasib yang telah ditentukan. Akibatnya melemparkan segala kesalahan kepada Tuhannya. Adapun aliran yang menentang Determinisme yaitu aliran Indeterminisme. Dalam aliran Indeterminisme manusia bebas melakukan perbuatan apapun sesuai yang di inginkan. Dalam kalangan orang Islam golongan yang serupa yaitu kalangan Qadaraiyah. Qadariyah ini sangat berkebalikan dengan jabariyah. Qadariyah menganggap bahwa Tuhan walaupun hakikatnya tinggi (Sang pencipta), namun dia hanya menciptakan saja, selanjutnya manusialah yang memilih, yang berusaha dan berbuat sesuatu dengan kehendaknya sendiri. Tuhan hanya dianggap sebagai patung tanpa bisa berbuat apa-apa. Kerjanya sudah berakhir dan hanya menunggu pengabdian dari manusia.

Di tengah-tengah aliran Jabariyah dan Qadariyah, muncullah aliran Ahlus Sunnah Wal Jama'ah. Aliran ini mengakui bahwa Tuhan sebagai sumber pertama dari segalanya, tapi juga tidak menolak adanya kebebasan kehendak pada manusia. Dengan kata lain, manusia punya kemerdekaan untuk memilih dan bersaha, kemerdekaan dalam batas kemampuan sendiri dengan tidak lepas dari pengamatan dan pengetahuan Tuhan.

Pendidikan

Pendidikan adalah korelasi harmonis antara diri yang dididik dengan pribadi yang mendidik. Sedangkan mendidik yaitu membimbing diri ke arah yang lebih mulia. Yang jelas bahwa mendidik itu suatu peristiwa sadar dalam artian tahu dimana ia berada, di tempat mana ia berpijak dan memikirkan arah mana yang akan ia tuju.

Bergeraknya seseorang melakasanakan pendidikan karena sengaja memilih atas dasar pertimbangan yang sudah dipikirkan masak-masak, lalu akan melaksanakan dengan rasa tanggung jawab. Perasaan tanggung jawab harus disertai kepercayaan terhadap diri sendiri, sebab jika kepercayaan pada diri sendiri hilang merupakan alamat kegagalan dan kehancuran suatu usaha. Rasa tanggungjawab membawa penilaian terjaminnya sesuatu yang besar kemungkinan tercapainya usaha yang dirintis, pelaku benar-benar berusaha mencari jalan menuju kesuksesan.

Sesuatu pasti punya tujuan, seperti halnya pendidikan. Salah satu tujuan yang nyata dari pendidikan yaitu mengarah kepada kebaikan. Menurut Al-Ghazali mendidik itu sama saja dengan pekerjaan peladang membuang duri dan mencabut runput yang tumbuh diantara tanaman-tanaman agar segar dan subur tumbuhnya. Pendidikan sangat dipengaruhi baik oleh fakor internal maupun eksternal (diri sendiri atau lingkungan) sehingga berakibat pada berhasil tidaknya penididikan. Faktor lingkungan sangat sulit untuk dihindari karena tumbuhnya moral juga bermula dari pergaulan dan kehidupan kelompok.Untuk itu kita harus pandai beradaptasi dan menahan diri agar tidak terperosok dalam kemrosotan moral.

0 komentar:

Posting Komentar

Poll

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

About Me

Foto Saya
sadamcenter
hidup adalah perjuangan, tiada hari tanpa belajar dan bekarja keras
Lihat profil lengkapku

Pengikut

Mengenai Saya

Foto Saya
solo n jogja tok, jateng ae, Indonesia
hidup adalah perjuangan, tiada hari tanpa belajar dan bekarja keras

About

Powered By Blogger