Rabu, 06 Juli 2011

SENSASI DAN PERSEPSI

PROSES PSIKOLOGIS DASAR:

SENSASI DAN PERSEPSI

A. PENTINGNYA SENSASI DAN PERSEPSI

- “bikin hidup jadi lebih hidup”

- mencegah bahaya

- semua pengetahuan dan pengalaman yang kita peroleh dan kita simpan pada umumnya diawali dengan proses ini

- perilaku kita kebanyakan merupakan cerminan dari bagaimana kita mereaksi dan menginterpretasi stimulus di sekitar kita

B. PENGERTIAN

Sensasi adalah stimulasi terhadap organ penginderaan

Persepsi adalah proses memilih, menginterpretasi, menganalisa dan mengintegrasikan stimulus yang melibatkan organ pengindraan dan otak.

Sensasi dan persepsi merupakan proses yang berkesinambungan

Untuk memahami bagaimana ahli psikologi memahami proses sensasi dan persepsi, kita perlu mengenal istilah dasar yang selalu dipakai yaitu stimulus.

Stimulus adalah energi yang menghasilkan respon pada organ pengindraan.

Stimulus bervariasi baik dari segi tipe maupun intensitasnya.

Tipe stimulus yang berbeda mengaktivasi organ penginderaan yang berbeda pula. Misal stimulus suara mengaktivasi organ pendengaran, stimulus cahaya à penglihatan, dan seterusnya.

Intensitas stimulus menentukan seberapa kuat suatu stimulus dapat diindra à seberapa terang cahaya dapat dilihat, seberapa keras suara dapat didengar, dan lain-lain.

Cabang psikologi yang mempelajari pengaruh intensitas stimulus terhadap respon sensoris kita adalah psikofisik.

C. PROSES PERSEPSI:

Stimulus à sel reseptor pada organ indera à syaraf sensoris à otak à individu menyadari adanya stimulus tersebut.

Intensitas stimulus terkecil yang harus ada agar suatu stimulus dapat dideteksi disebut dengan absolute treshold (ambang batas mutlak)

Ambang batas stimulus diatas diukur dalam kondisi ideal, secara umum kita tidak dapat mendeteksi stimulus karena keberadaan noise.

Noise adalah stimulus latar yang mengganggu persepsi terhadap stimulus lain. Noise tidak hanya berupa stimulus auditoris tapi juga stimulus visual, pencecap dan lain-lain.

Kemampuan untuk mendeteksi stimulus tidak hanya tergantung pada sifat fisik stimulus tapi juga dipengaruhi oleh faktor psikologis.

Ada sebuah teori yang berusaha menjelaskan faktor psikologis yang mempengaruhi pengambilan keputusan apakah suatu stimulus ada atau tidak, yaitu Teori Deteksi Sinyal.

Teori ini menyatakan bahwa seseorang dalam mendeteksi ada/tidaknya stimulus kemungkinan melakukan salah satu macam kesalahan dari dua kesalahan berikut:

  1. melaporkan bahwa suatu stimulus ada tapi sebenarnya tidak ada
  2. melaporkan bahwa suatu stimulus tidak ada meski sebenarnya ada

Adapun faktor psikologis yang mempengaruhi adalah harapan dan motivasi serta karakteristik tugas.

Kehidupan sehari-hari kita sering melibatkan aktivitas memilih/membandingkan stimulus, misal ketika membeli buah-buahan, belanja barang-barang yang didiskon, dan sebagainya.

Ini melibatkan suatu fenomena yang disebut jnd (just noticeable differences) atau difference treshold, yaitu perbedaan terkecil yang masih dapat dideteksi antara dua stimulus.

Kita selalu dipaparkan pada stimulus yang beraneka ragam. Sebagian dari stimulus tersebut ada stimulus sejenis yang secara terus menerus menerpa diri kita sehingga kita menjadi kurang menyadari keberadaannya. Contoh tinggal di pinggir rel kereta api akan selalu mendengar suara kereta api lewat. Awalnya terdengar memekakkan telinga tapi lama-lama terdengar biasa saja.

Hal ini merupakan fenomena yang disebut adaptasi sensoris.

Adaptasi sensoris adalah penyesuaian pada kemampuan sensoris setelah terpapar pada suatu stimulus secara terus menerus. Sebagaimana diketahui, sel reseptor pada organ indra kita sangat peka terhadap perubahan. Stimulasi yang konstan tidak efektif untuk menimbulkan reaksi.

Adaptasi sensoris terjadi pada semua indra.

D. ORGANISASI PERSEPSI

Lingkungan sekitar kita menjadi bermakna karena adanya organisasi persepsi. Organisasi persepsi ini dilatarbelakangi oleh prinsip-prinsip antara lain:

1. hukum Gestalt

a. Figure-ground d. similarity

b. Simplicity e. closure

c. Continuity f. proximity

2. analisis feature

Bahwa neuron pada otak peka terhadap konfigurasi spasial seperti kurva, sudut, bentuk dan tepi. Keberadaan neuron ini memungkinkan stimulus yang diterima dapat dibagi-bagi menjadi unsur-unsur penyusunnya. Misal huruf “R” merupakan kombinasi dari garis vertikal, diagonal dan setengah lingkaran.

Menurut pendekatan ini, ketika kita menerima stimulus, sistem pemrosesan perseptual pada otak terlebih dulu merespon komponen-komponen stimulus itu. Masing-masing bagian lalu dibandingkan dengan infomasi yang telah disimpan dalam memori. Jika ditemukan pasangannya, maka kita mampu mengidentifikasi stimulus tersebut.

3. top down dan bottom up processing

Pada top-down processing: persepsi dibimbing oleh pengetahuan tingkat tinggi, pengalaman, harapan dan motivasi. Memungkinkan kita menghubungkan pengalaman dengan persepsi

Bottom-up processing: mencakup pengenalan dan pemrosesan informasi tentang masing-masing komponen stimulus. Ini memungkinkan kita memproses karakteristik dasar stimulus

Pemrosesan top-down dan bottom-up terjadi secara simultan dan berinteraksi satu sama lain

4. konstansi bentuk

Adalah suatu fenomena dimana objek fisik dipersepsikan secara tetap dan konsisten, meski ada perubahan dalam penampakkan atau dalam lingkungan fisik. Misal melihat seseorang yang berjalan mendekati kita. Dari jauh kelihatan kecil lalu besar, tapi kita tidak mempersepsikan bahwa orang tersebut membesar. Atau sebaliknya ketika menjauh, kita tidak mempersepsikan orang tersebut mengecil tubuhnya

0 komentar:

Posting Komentar

Poll

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

About Me

Foto Saya
sadamcenter
hidup adalah perjuangan, tiada hari tanpa belajar dan bekarja keras
Lihat profil lengkapku

Pengikut

Mengenai Saya

Foto Saya
solo n jogja tok, jateng ae, Indonesia
hidup adalah perjuangan, tiada hari tanpa belajar dan bekarja keras

About

Powered By Blogger